MEDAN - Topa Pulp Lestari (TPL) berjanji tetap merawat koridor satwa dilindungi yang ada di dalam kawasan konsesi mereka pada 12 kabupaten di Sumatera Utara (Sumut). Komitmen ini menjadi salah satu bagian dari upaya perusahaan penghasil bubur kertas tersebut untuk menjaga keberlangsungan lingkungan di areal operasi Hutan Tanaman Industri (HTI) yang mereka miliki.

“Kita ada program konservasi dan rehabilitasi yang dijalankan oleh departemen environment. Mereka sudah membuat plot-plot pada setiap sektor yang menjadi lkasi jelajah satwa seperti harimau maupun satwa dilindungi lainnya. Juga dipasang kamera trap untuk mengetahui satwa apa yang melintas disana, setiap 3 bulan mereka inventarisasi,” kata Sustainability IC Team Leader, Felix Guslin Putra di sela kegiatan Workshop Peran Hutan tanaman Industri (HTI) bagi Pertumbuhan dan Pengembangan Ekonomi di Ruang Eucalyptus, Uniland Medan, Kamis (19/1/2023).

Pada workshop ini beberapa pembicara dihadirkan diantaranya Victor Pardosi dari Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Hidup (PSKL), Simon Sidabukke selaku Ketua APHI dan Wakil Dekan II Fakultas Kehutanan USU, Pindi Patana.

Felix menambahkan pada seluruh areal konsesi mereka selalu melakukan berbagai penilaian dalam menentukan program dan kebijakan berkaitan dengan keberlangsungan lingkungan. Penilaian tersebut dilakukan dalam dua kategori yakni kategori Nilai Konservasi Tinggi (NKT) dan Stok Karbon Tinggi (SKT).

“NKT itu kita lihat gimana ekosistem disana, apakah ada ekosistem langka, termasuk masalah sosial seperti makam apakah ada disana. Kalau SKT itu kita mengukur cadangan karbon disana. Ada metode penilaiannya itu,” ujarnya.

Sebelumnya, Direktur TPL Anwar Lawden dalam sambutannya menyampaikan bahwa mereka tetap berkomitmen untuk menjalankan operasional perusahaan dengan tetap berpedoman pada ketentuan yang berlaku. Tidak hanya program konservasi namun mereka juga senantiasa berupaya mendukung peningkatkan ekonomi masyarakat dengan berbagai skema kerjasama termasuk perhutanan sosial masyarakat.

“Harapan pada workshop ini bisa memberi pengetahuan dan wawasan mengenai dukungan perusahaan dalam perkembangan ekonomi masyarakat,” ujarnya.

Sebelumnya, Ketua Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Simon Sidabukke mengatakan pengusahaan hutan menjadi hal yang penting dilakukan. Hal ini untuk menunjang pengembangan industri hasil hutan dalam negeri agar memiliki nilai tambah dan devisa.

“Juga meningkatkan produktivitas lahan dan kualitas lingkungan hidup, memperluas lapangan kerja dan lapangan usaha. Namun, harus tetap berpedoman pada regulasi yang ada,” pungkasnya.*