SIBOLGA -Siapa yang tak kenal kue bika buatan Ibu Upik 62 tahun warga Kelurahan Pasar Belakang, Kota Sibolga dirinya berjualan di pelataran Masjid Agung yang tak begitu jauh dari kediamannya.
 
Dari postur tubuh kelihatan ibu Upik ini harusnya dapat menikmati hari tuanya dengan memanjakan diri, tapi bagi dia justru malah semakin semangat dengan mencari rezeki lewat keahlian dengan membuat kue Bika.

Diketahui Bika adalah panganan tradisional berbahan dasar tepung beras dicampur kelapa parut dan gula pasir. Istilah bika berasal dari kata baka dalam bahasa Minang, yang berarti bakar, merujuk pada cara memasaknya.

Makanan khas Sumatera Barat ini berbeda dengan bika ambon asal Kota Medan, yang berbentuk pipih dan umumnya berwarna kuning serta ciri berrongga dan kenyal.

Kalau di Sibolga bika atau bika panggang, tekstur dan bentuknya seperti kue apem dan menggunakan daun waru sebagai pembungkusnya, rasanya juga begitu nikmat saat di kunyah.

Ibu Upik, berumur 62 tahun, merupakan satu-satunya pedagang kue bika di Kota Sibolga, namun masih ada beberapa pedagang lainnya yang menjajakan makanan ringan disekitar itu.

“Saya sudah berjualan bika sekitar enam tahun lamanya, di (pelataran Masjid Agung Sibolga) sini,” kata bu Upik sembari menyendok adonan ke wadah cetakan dilapisi daun waru, yang siap dibakar menjadi kue bika, Selasa (6/12/2022) pagi.

Untuk kue bika masakan bu Upik, biasanya hanya dibandrol Rp2000 per buah. Apalagi menjelang Sholat Jumatan kue tersebut laris manis terjual.

“Saya jualan dari pukul 09.00 hingga pukul 18.00. Banyak juga wisatawan datang membeli (kue bika) kemari. Ada yang dari Medan, Padangsidimpuan. Mereka, belinya bisa sampai puluhan. Malah, pernah ada pembeli yang sampai ribut karena rebutan,” timpalnya.