MEDAN - Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala (FP USK) kembali menggelar International Conference on Agriculture and Bioindustry (ICAGRI). Seminar internasional berlangsung di Aula Multi Purpose Room kampus setempat di Banda Aceh,  Selasa (18/10/2022).

Ketua Panitia ICAGRI 2022, Dr. Elvira Iskandar, SP., M.Sc menjelaskan, sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Untuk itu diperlukan upaya adaptasi dalam merespon dampak yang ditimbulkannya, seperti perubahan cuaca ekstrim yang menyebabkan bencana alam dan degradasi lahan pertanian.

"Hal tersebut menjadi latar belakang ICAGRI hadir, sebagai wujud menghimpun ide, gagasan, dan hasil kajian berkaitan isu tersebut," jelas Elvira lewat siaran pers diterima di Medan.

Ia mengatakan, pelaksanaan ICAGRI ini merupakan kali keempat sejak tahun 2019. Tahun 2022 ini pesertanya terdiri dari 15 negara yakni: Indonesia, Malaysia, Nigeria, Irak, Meksiko, Libya, Belgia, Polandia, Kanada, Vietnam, Korea, Jerman, Australia, Austria, dan Cina.

ICAGRI 4 ini menghadirkan 4 orang keynote speaker yaitu, Prof. Dr. Ir. Fadjry Djufry, M.Si, Head of The Indonesian Agency for Agricultural Research and Development, Republic of Indonesia, Prof. Han Jianlin, Head of International Livestock Research Institute – Chinese Academy of Agricultural Sciences, China, Prof. Bhesh Bhandari, School of Agriculture and Food Sciences, University of Queensland, Australia, dan Prof. Anna J. Keutgen, University of Natural Resources and Life Sciences Vienna, Austria.

Dekan FP USK, Prof. Dr. Ir. Samadi, M.Sc dalam sambutannya menyampaikan apresiasi, atas partisipasi semua pihak dengan segala kontribusi. Sehingga acara annual program tahunan ini dapat terselenggara dengan baik.

"ICAGRI 4 ini merupakan mimbar yang sangat strategis dan efesien, sebagai saluran pertukaran informasi dan penguatan kerjasama dari berbagai institusi yang konsen di bidang pembangunan pertanian, khususnya yang berkaitan dengan isu perubahan iklim," sebut Prof Samadi.

Dekan FP USK mengungkapkan, secara daring, konferensi internasional tersebut diikuti oleh 135 presenter, dengan 300 orang partisipan.

Sementara itu, Wakil Rektor I USK,  Prof. Dr. Ir. Agussabti, M.Si. IPU berharap kegiatan ini dapat menstimulasi diskusi dan sharing ide, gagasan dan informasi multidisiplin dari para akademisi, peneliti, ilmuwan, praktisi dan pemangku kebijakan.

"Dengan demikian, dapat berkontribusi dalam upaya pencegahan, penanganan dan penanggulangan isu dan masalah perubahan iklim terutama di sektor pertanian," kata WR I USK.

Ia menerangkan, bentuk perubahan iklim ditandai dengan kondisi temperatur yang terlalu tinggi, kelangkaan air, perubahan cuaca yang ekstrim, meningkatnya bencana alam hingga mengakibatkan degradasi lahan dan menurunnya produksi pertanian.

"Jika tidak diantisipasi dengan baik tentu dapat mengancam ketahanan pangan, yang berdampak terhadap aktivitas dan kehidupan manusia seperti meningkatnya angka kemiskinan dan menurunnya kualitas kehidupan itu sendiri," tutur Prof Agussabti.*