MEDAN - Pernah mendengar kata bertengkulok atau Tanjak ? Ya, saat ini warga beretnis Melayu di Indonesia sedang gencar-gencarnya memperkenalkan salah satu budaya penutup kepala yang menjadi ciri khas dan tidak pernah lepas dari resam Melayu. Bertengkulok atau bertanjak dikenal sebagai tradisi menggunakan penutup kepala kepala bagi kaum laki-laki Melayu dengan berbagai model. Rata-rata, bertengkulok menggunakan kain songket dengan berbagai corak khas Melayu. 
 
Guna melestarikan tradisi bertengkulok di kalangan anak-anak muda dan kaum milenilal, Rumpun Budaya Melayu yang berpusat di Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut), menggelar acara Syiar Budaya Melayu Tanah Deli Bertengkulok.
 
Bertempat di pelataran depan Istana Maimun, Jalan Brigjend Katamso, Medan Maimun, kegiatan ini digelar selama 1 hari dan dihadiri oleh para tokoh dan pemerhati budaya Melayu dari berbagai daerah, seperti Aceh Tamiang, Kabupaten Batubara, Langkat, Bedagai, Selesai, Serdang, dan Tanjung Balai.
 
“Ada seratusan orang yang hadir pada acara ini,” kata Ketua Panitia sekaligus Inisiator Acara, Datuk Ardiansyah kepada awak media.
 
Syiar Budaya Melayu
 
Datuk Ardiansyah menerangkan , Syiar Budaya Melayu Tanah Deli Bertengkulok yang dilaksanakan kali ini merupakan jilid IV. Jilid I dilaksanakan sejak tahun 2019 dan terus berlanjut ke jilid II dan III, hingga IV.
 
Tujuan dari kegiatan ini untuk mengangkat, menjaga, dan melestarikan adat istiadat Melayu yang ada di Tanah Deli. Targetnya, menggerakkan minat anak-anak muda dan kaum milenial untuk gemar mengenakan busana dan fesyen-fesyen Melayu, khususnya tengkulok.
 
“Tujuannya memperkenalkan kepada anak-anak muda, milenial, hingga masyarakat luas. Alasan dilaksanakan di Istana Melayu, untuk syiar budaya Melayu,” terangnya.
 
Disinggung soal eksistensi budaya Melayu di Kota Medan, Datukj Ardiansyah menegaskan masih ada, namun kurang terkespos. Kemungkinan, kurangnya dukungan dari pihak-pihak terkait serta minimnya kemauan dan kesadaran untuk melestarikannya.
“Itu mungkin, ya. Kegiatan ini kami buat atas kesadaran masing-masing, mandiri,” ungkapnya didampingi oleh Datuk Okri Ananda selaku media relations dalam acara tersebut.
 
Merasa Terpanggil
 
Sementara itu salah satu Pegiat Budaya Melayu di Medan, Tengku Bobby Lesmana, mengaku alasan ikut menyebarluaskan budaya Melayu ini berangkat dari beberapa hal. Pertama, sudah terlibat pada acara jilid I, II, dan III. 
 
“Saya merasa terpanggil untuk mensyiarkan kepada orang-orang tentang bertengkulok. Salah satu tugas kita adalah, memperkenalkan bertengkulok ini. Apalagi, Kota Medan sendiri sebagai Tanah Melayu Deli, banyak yang belum tahu apa itu bertengkulok,” sebut Bobby.
 
Menurut Bobby yang berdarah Melayu Bedagei, dilaksanakannya acara ini tidak hanya sekadar untuk memperkenalkan ke generasi muda tentang budaya Melayu, khususnya bertungkulok, tapi juga mensyiarkan lagi budaya Melayu. Apalagi dilaksanakan di pelataran Istana Maimun, maka tujuannya tidak terlepas untuk menarik wisatawan datang dan memperkenalkan budaya Melayu.
 
“Kita tidak hanya sekadar memperkenalkan Istana Maimun, tapi juga tentang budaya Melayu, salah satunya bertengkulok ini,” ungkapnya.
 
Dalam rangkaian acara Syiar Budaya Melayu Tanah Deli Bertengkulok ini, rangkaian acara yang dilaksanakan adalah fesyen show mengenakan pakaian telok belanga baju khas Melayu , berbalas pantun, pencak silat, dan karate kids. Masing-masing pemenang mendapatkan cindera mata berupa plakat. Piagam dan tengkulok dari panitia acara.