MEDAN - Yayasan Center for Education Regulations and Development Analysis (Cerdas) bersama Asus Indonesia menggelar Education Revolusi bertema Pembelajaran pasca pandemi, Rabu (31/8/2022). Kegiatan ini menghadirkan pemateri Indra Charismiadji, seorang pemerhati dan praktisi pendidikan dengan spesialisasi di Pembelajaran Abad 21 atau pembelajaran berbasis teknologi digital, yang juga Ketua Dewan Pembina Asosiasi Guru Teknologi Indonesia.
 
Dalam kesempatan tersebut Indra Charismiadji menyebutkan pembelajaran pasca pandemi Covid-19, mau tidak mau harus mengikuti teknologi dengan menggunakan gawai atau telepon seluler atau perangkat komputer.
 
Namun sayangnya, masyarakat belum siap dengan pembelajaran berbasis digital. Padahal sudah era digital. Karena anak-anak masih diajarkan dengan metode belajar seperti puluhan tahun lalu.
 
"Sayangnya anak-anak kita masih diajarkan di jaman kita sekolah dulu. Kan begitu. Bukan berarti yang dulu salah, tapi seperti yang saya contohkan tadi. kenapa kita nggak pakai wesel lagi. Kan bukan berarti wesel itu salah, kenapa kita nggak pakai telepon umum lagi, bukan berarti salah, tapi sekarang sudah ada tehnologi," ujar Indra yang juga CEO Yayasan Cerdas ini.
 
Kondisi ini sebut ini membuatnya memiliki inisiatif untuk membantu sekolah-sekolah supaya tidak ketinggalan. "Karena jika sekolah ketinggalan yang kasihan kan anaknya. Karena anak-anak tidak disiapkan sesuai dengan zamannya," sambungnya seraya menambahkan hal ini yang dibutuhkan sekolah-sekolah, pimpinan sekolah, guru, masyarakat juga harus di bawa ke eranya.
 
"Itulah tujuan saya kenapa menggandeng Asus kerjasama dengan dinas pendidikan dengan PMPS kita sama-sama untuk mengangkat pendidikan kita. Jadi harapannya, saya menyalakan api dan api itu terus diperbesar," imbuhnya.
 
Dalam kesempatan tersebut, ia juga menyarankan untuk bersama-sama mulai dari pihak sekolah, yayasan, dinas pendidikan membuat perencanaan untuk pengembangan pendidikan 5 tahun ke depan akan dibuat seperti apa. 
 
"Ngak bisa jika nurutin aja gitu terus. Nah, itu nanti bisa dikolaborasikan misalnya yang bisa dibantu dari dinas pendidikan kota seperti yang bisa dilakukan oleh dinas pendidikan provinsi seperti ini. Yang bisa kita minta bantuan aspirasi dewan begini, dari pusat Seperti apa Kementerian lain seperti apa . Sehingga terjadi perubahan yang nyata," ujarnya.
 
Ia juga memaparkan, pembelajaran berdeferiansi. Dimana konsep konsep ini berdasarkan situasi yang memang melakukan hal yang berbeda untuk setiap anak berbeda ini. Model pembelajaran ini menuntut para siswa untuk selalu menggunakan gawai dan atau gadget.
 
Yayasan cerdas
 
Indra menyebutkan kalau bicara konsep baru, kita harus menggunakan cara yang baru. Pembajaran dengan konsep ini tidak mungkin bila tanpa menggunakan teknologi.
 
“Tidak bisa pakai cara lama. Artinya pembelajaran diferensiasi tidak akan berjalan jika menggunakan guru yang berjalan di depan kelas metodenya mendengarkan atau mencatat. Tidak akan mungkin bisa menjadi pembelajaran berdeferiansi,” ujarnya.
 
Menurutnya, sistem berbasis teknologi digital, yang saat ini dilakukan di era pandemi, sudah diterapkan di luar negeri sejak 15 tahun lalu. “Sekolah negeri di Amerika, 15 tahun lalu anak-anak sudah membawa laptop ke sekolah. Kita kalau gak gara-gara covid, teknologi itu dilarang,” sebutnya.
 
Ia menyebutkan salah satunya konsep learning management system (LMS). "Kalau dulu di kelas, itu guru mengajar. Kalau sekarang, sekarang menggunakan teknologi, lebih kepada guru diskusi, bedah kasus dan lain lain, yakni flipped classroom,” katanya.
 
Berdeferensiasi, paparnya, juga bisa dilakukan dengan konsep project-based learning.
 
“Dikerjakan berkelompok, mata pelajaran terpadu, model belajarnya flipped learning, bentuk karya dibebaskan, dan harus kontekstual artinya yang dinilai bukan karyanya tapi prosesnya,” pungkasnya.
 
Sementara nara sumber lainnya, Adrian Pradipta, Field Account Enginering Assus Indonesia menyebutkan, pihaknya sudah mendesain perangkat yang mendukung dari segi pendidikan, khususnya hal berkaitan dengan pembelajaran dan teknologi.
 
“Kami dari Asus ikut mendukung dari pendidikan, terkait diferensiasi. Kita butuh teknogi, sementara salah satu kekurangan teknologi yang cepat, salah satunya perlu baterai. Kita bicara apa yang diperlukan untuk anak-anak. Anak-anak butuh pembelajaran online, butuh koneksi internet, bisa dari WiFi, paket data, internet seluluar yang bisa didapat dari gawai. Kita bicara menggunakan bahas video interaktif, dari gawai, yang bisa kita pakai untuk anak anak belajar," ujarnya.
 
“Dulu teknologinya belum ada, tapi sekarang teknologinya sudah di depan mata. Kita bisa realable dari laptop, mudah diservice dan didesain untuk K12. Anak murid bisa meninggalkan chargernya di rumah dan bisa pulang tanpa ngecas lagi. Istilahnya one day cas. Up To 10 jam dengan sekali cas. Desain yang sesuai dengan K12 ini. Instalan LMS bisa dilakukan yakni gawai yang membutuhkan spesifikasi maksimum,” sambungnya.
 
Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan Sumut yang diwakili Plh Sekretaris Dinas Pendidikan Sumut, Suhendri saat membuka acara Education Revolution bertajuk pembelajaran pasca pandemi mengaku mengapresiasi dan memberikan support kepada seluruh pengurus yayasan Cerdas yang menginisiasi kegiatan tersebut. 
 
Ia mengaku, pihaknya terus memikirkan untuk memajukan pendidikan dalam situasi apapun termasuk setelah pandemi Covid-19.
 
"Harapan kita melalui kegiatan ini menajdi bagian solusi alternatif yang jitu untuk memajukan pendidikan pada masa pasca pandemi," ujarnya dan apa yang di bincangkan dalam kegiatab ini bisa ditindaklanjuti sebagai bagian ikhtiar untuk memajukan dunia pendidikan sesuai kapasitasnya dan terus melakukan kolaborasi dengan semua pihak.