BALI -G20 EMPOWER sebagai aliansi dari Group of Twenty (G20) berperan aktif dalam memberikan rekomendasi kepada negara anggota G20 untuk melanjutkan komitmen yang telah dibangun pada G20 Italy tahun 2021 lalu dalam tiga poin. 
 
Pertama, mengaktifkan, memfasilitasi, dan mempromosikan komitmen bersama dengan sektor swasta untuk memantau dan menyusun data Key Performance Indicator (KPI) di tingkat nasional. Kedua, kolaborasi bersama antara sektor swasta dan publik untuk mendukung program untuk perempuan di UKM. Ketiga, menerapkan kerja cepat dalam memberdayakan masa depan dan pekerjaan perempuan khususnya dalam membangun agenda nasional yang secara langsung menyasar perempuan.

Rekomendasi tersebut disampaikan secara langsung oleh Chair G20 EMPOWER, Yessie D Yosetya pada Ministerial Conference on Women Empowerment (MCWE) G20 2022 di Bali, 24-25 Agustus 2022.

Di bawah Kepresidenan G20 EMPOWER Indonesia, isu prioritas dari Kepresidenan Italia sebelumnya diperkuat melalui pemantauan kemajuan kepemimpinan perempuan di sektor swasta, yang disebut sebut Akuntabilitas Implementasi KPI Pemberdayaan G20.

G20 EMPOWER juga memperkuat isu-isu prioritas dengan menangani pekerja perempuan sebagai basis pemulihan ekonomi. Dalam hal ini, EMPOWER menghasilkan rekomendasi yang dapat diambil oleh sektor swasta untuk mendukung keterlibatan perempuan dalam Usaha Kecil dan Menengah. Upaya terkoordinasi lebih lanjut yang mencakup peningkatan kerjasama sektor publik dan swasta dalam mendukung UKM perempuan, meningkatkan akses keuangan bagi perempuan di UKM, dan menetapkan kebijakan untuk memungkinkan lebih banyak perempuan di UKM.

“Sebagai pemimpin sektor swasta, kami mendorong sektor swasta di seluruh negara anggota G20 untuk mengadopsi tiga poin penting. Pertama, KPI inti G20 diukur dan diungkapkan secara publik setiap tahun melalui pemantauan tingkat perusahaan. Kedua, program dukungan khusus untuk perempuan di UKM, termasuk evaluasi pelaksanaan program dukungan. Ketiga, partisipasi aktif dalam membangun keterampilan digital masa depan bagi perempuan.” ujar Yessie D Yosetya, Sabtu (27/8/2022).

“Setiap isu prioritas adalah hasil kolaborasi bersama antara semua anggota negara G20, mitra kami, & mitra pengetahuan kami, Boston Consulting Group”, jelas Yessie lebih jauh.

Tiga topik terkait upaya menutup kesenjangan gender dan mewujudkan pemberdayaan perempuan menjadi fokus diskusi di MCWE G20 2022. Pertama, kondisi ekonomi pasca Covid-19, khususnya terkait peluang yang hilang di pasar tenaga kerja. Kedua, menutup kesenjangan gender digital, khususnya mengenai partisipasi dan masa depan perempuan dalam ekonomi digital. Ketiga, kewirausahaan perempuan khususnya terkait percepatan kesetaraan dan percepatan pemulihan.

Ketiga tema utama tersebut merupakan isu-isu perempuan yang telah dibahas di seluruh rangkaian pertemuan Women20 dan G20 EMPOWER sebagai bagian dari gugus tugas Kepresidenan G20 Indonesia. MCWE G20 sendiri memiliki misi untuk menegaskan kembali komitmen para pemimpin G20 selama ini, serta untuk membahas praktik-praktik yang menjanjikan dan isu-isu kritis yang akan menutup kesenjangan gender dan mewujudkan pemberdayaan perempuan.

Menteri PPPA, Bintang Puspayoga percaya, hanya melalui kerajsama global dan komitmen yang kuat, dapat mengatasi tantangan yang dihadapi perempuan, khususnya di masa pemulihan Covid-19 dengan terus mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan di semua sektor pembangunan.

"Pada 2022 UN Women merilis data bahwa pandemi Covid-19 memperburuk disparitas gender dalam ketahanan ekonomi saat ini. Kondisi tersebut mempengaruhi 740 juta perempuan yang bekerja di sektor informal. Selain itu, perempuan yang bekerja pada sektor formal maupun pengusaha berpenghasilan rendah lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Sementara itu, pada 2021 GSMA merilis data yang menunjukkan kesenjangan pengguna internet global sebesar 17%. Angka tersebut memperlihatkan adanya kesenjangan gender digital di semua wilayah di dunia. Lebih jauh mencerminkan ketidaksetaraan dan diskriminasi terhadap golongan tertentu, termasuk perempuan sendiri," jelasnya.

Bintang juga menerangkan, penyelenggaraan MCWE G20 2022 ini telah memenuhi empat poin besar yang telah disepakati sebelumnya. Pertama, berhasil mengidentifikasi lanskap global, tren masa depan, dan lintasan negara-negara anggota G20 pada isu-isu pemberdayaan perempuan, khususnya yang terkait dengan tiga isu prioritas ekonomi perawatan, kesenjangan gender digital, dan perempuan di UKM.

"Kedua, berhasil menggelar diskusi dengan pemangku kepentingan G20 yang relevan termasuk pemerintah, sektor swasta, masyarakat sipil, akademisi, pakar pembangunan, dan lainnya, tentang bagaimana meningkatkan isu pemberdayaan perempuan, dengan fokus pada tiga isu, termasuk mengidentifikasi peluang, tantangan dan kerjasama masa depan," urainya.

Ketiga, berhasil berbagi praktik baik dan pembelajaran antar negara anggota G20 dalam isu-isu pemberdayaan perempuan terkait dengan tiga topik diskusi, termasuk memberikan titik aksi untuk pengembangan pendekatan adaptif untuk mendukung kebijakan pemberdayaan perempuan pasca Covid-19.

Keempat, menghasilkan rekomendasi untuk pertemuan pemimpin G20 dari konferensi tingkat Menteri G20 tentang Pemberdayaan Perempuan khususnya terkait penerapan pendekatan nyata terhadap kebijakan dan program yang berorientasi terhadap aksi pemberdayaan perempuan.

MCWE G20 Presidensi Indonesia yang telah berlangsung sejak 23 Agustus di Bali ini menjadi acara bersama yang melibatkan unsur pemerintah dari negara anggota G20 dan organisasi non-pemerintah. Hal tersebut merupakan bagian dari komitmen Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia untuk melanjutkan MCWE G20 selama Presidensi G20 Indonesia pada tahun 2022.