MEDAN –Diabetes mellitus masih menjadi salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Hanya saja, penyakit yang juga disebut silent killer ini baru disadari penderitanya ketika sudah terjadi komplikasi, sehingga penanganannya menjadi sulit.
 

Ryhand Fuady (40), salah seorang peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), terlihat antusias saat menceritakan pengalamannya saat memanfaatkan program ini.

Ditemui Kamis (04/08), lelaki yang akrab disapa Ryhand ini menuturkan ceritanya saat dirinya menggunakan JKN untuk mengobati penyakitnya.

“Saya sudah jadi peserta JKN sejak 2014. Dulu pernah saya mengalami sakit berupa benjolan di punggung seperti bisul. Setelah diperiksa di klinik, saya langsung dirujuk ke Rumah Sakit Sufina Azis untuk konsultasi lebih lanjut. Ternyata ada kelenjar yang memerlukan operasi,” tutur pria yang sehari-hari berprofesi sebagai tenaga honorer di salah satu instansi pemerintah di Kota Medan.

Tidak sampai di situ, Ryhand bercerita sebelum operasi dilakukan, dirinya terlebih dahulu melakukan pengecekan kesehatan secara lengkap.

Dari hasil pemeriksaan tersebut diketahui ternyata kadar gula pada tubuhnya lebih dari lima ratus sehingga operasi tidak bisa langsung dilakukan.

Ryhand terpaksa diopname selama tiga hari untuk bisa dilakukan operasi. Dokter menjelaskan bahwa tingginya kadar gula memiliki banyak resiko bagi penderita jika dilakukan tindakan operasi seperti, kadar gula darah rendah (hipoglikemia) atau tinggi (hiperglikemia).

“Sampai saat ini saya masih melakukan kontrol sebulan sekali dan diberikan insulin. Semua ditanggung oleh BPJS Kesehatan berkat Program JKN ini. Saya mengucapkan terima kasih dan merasa sangat terbantu dengan kehadiranJKN ini, karena tidak perlu lagi memikirkan uang untuk pembayaran pengobatan. Program JKN yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan ini sangat membantu masyarakat yang mempunyai penyakit yang perlu tindak lanjut untuk penyembuhan dan tidak memiliki uang,” ujar Rhyand.