ASAHAN - Ikan Jurung atau yang memiliki nama latin Neolissochilus sumatranus (Cyprinidae) merupakan salah satu ikan endemik di Sumatera Utara dengan salah satu habitat di Sungai Asahan. Siapa sangka, di balik batu dan rerimbunan daerah aliran Sungai Asahan yang asri merupakan sebuah ekosistem yang ideal bagi ikan primadona masyarakat Sumatera Utara (Sumut), khususnya suku Batak. Ikan tersebut adalah ikan jurung atau ihan batak.
 
Lewat PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), Ihan batak kini masuk pasar internasional. Pembeli dari Malaysia dan Singapura siap menerima berarapun produksi ikan yang hidup di air deras dan jernih tersebut karena rasa yang mampu memanjakan lidah dan tinggi kandungan gizinya itu.
 
Dengan ukuran yang cukup besar dan rasa yang cukup enak, tak heran jika ikan jurung menjadi salah satu ikan yang menjadi menu kuliner masyarakat suku Batak di Sumut ketika melakukan upacara-upacara adat.
 
Tak heran ikan ini memiliki harga yang bisa dikatakan cukup tinggi di pasaran dengan harga 1 kg mencapai Rp 1 juta (dalam keadaan hidup) dan Rp 350.000 dalam keadaan mati.
 
Status ikan yang "dihormati" dalam adat Batak, permintaan yang tinggi, rasa yang enak dan harga yang selangit membuat Sutrisno, warga Kecamatan Aek Songsongan, Kabupaten Asahan membudidayakan ikan jurung di belakang rumahnya yang berada di tepi Sungai Asahan.
 
Sutrisno membangun sejumlah kolam yang diisi banyak ikan. Termasuk ikan jurung sang primadona. Ia bisa dikata pioner pembudidaya ikan jurung di kampungnya yang sudah ia rintis sejak 5 tahun lalu.
 
"Dulu beli per ekor bibitnya Rp 10 ribu. Beli sebanyak 200 ekor. Alhamdulillah panen empat tahun. Bagus hasilnya. Sekarang kami cari sendiri. Dulu itu betul-betul tradisional kita. Pakannya pun apa yang mampu kami berikan seperti biji sawit. Sekarang sudah kami coba pakan pelet. Mungkin bisa lebih cepat panen," ujar Sutrisno, dalam siaran pers diterima Gosumut.com, Kamis (16/6/2022).
 
Menurut Sutrisno, ikan jurung yang punya nilai jual maksimal harus memiliki ukuran berat di atas 1 kg. Untuk mencapai ukuran berat 1 kg bukan perkara mudah, karena harus melihat aspek makanan, kolam dan suhu air.
 
Bagi para pembudidaya jurung seperti Sutrisno, untuk membuat ikan bisa dijual dengan harga maksimal (ukuran 1 kg), dibutuhkan waktu selama 3 tahun.
 
Budidaya ikan jurung milik Sutrisno semakin mengepakkan sayap ketika mulai banyak permintaan dari Singapura dan Malaysia.
 
"Pengusaha dari Singapura, Malaysia sudah utus wakilnya ketemu saya minta dipasok jurung. Berapapun mereka siap beli, tapi memang inilah masalahnya. Masa panen lama, infrastruktur kita terbatas. Setiap ada permintaan kita tidak ready karena tak ada ikannya. Untuk pasar lokal saja banyak permintaan, apalagi kalau ada acara adat Batak," papar bapak 3 anak ini.
 
Semangat dan ketekunan Sutrisno dalam melakukan budidaya ikan jurung membuat PT Inalum melakukan berbagai dukungan mendasar untuk memastikan bahwa budidaya ikan bernilai tinggi ini bisa memberikan kesejahteraan dan kebaikan untuk masyarakat. Perusahaan membangun bangunan yang berisi berbagai alat pemijahan di atas lahan milik Sutrisno.
 
Harapannya, para pekerja dari kelompok usaha Sutrisno bisa lebih mahir dalam memijah ikan jurung dan akan lebih mudah bagi mereka mendapatkan bibit berkualitas.
 
PT Inalum juga mengirim kelompok usaha Sutrisno selama sepekan untuk melakukan pembelajaran dan training budidaya hingga ke Sidiempuan yang telah lama memiliki budidaya ikan jurung.
 
"Sudah sekolah lah kami ini. Sekarang sudah diterapkan. Gedung pemijahan yang dibantu Inalum juga sudah kami gunakan. Kedepan kami memang masih butuh bantuan infrastruktur kolam. Karena kolam jurung harus dibuat mirip habitat aslinya," lanjut Sutrisno.
 
Optimisme tentu saja telah ada di benak mereka para pembudidaya jurung di Kabupaten Asahan. Semangat itulah yang dilihat oleh PT Inalum akan terus mendorong para pelaku budidaya ikan jurung seperti Sutrisno untuk bisa membawa ikan kebanggaan Sumut dan Indonesia untuk terus 'berenang' di pasar internasional.