PALAS - Sekolah Tinggi Agama Islam Barumun Raya (STAI-BR) Kabupaten Padanglawas (Palas) menggelar seminar internasional dengan menghadirkan narasumber Syekh
Dr. Fadi Alamuddin Al-Husainy Dosen Global University Lebanon dan Dr. Zulfadi Nasution.M.Pd, Wakil Rektor 1 IPTS.

Kegiatan seminar mengusung tema "Rekonstruksi memahami aqidah aswaja dalam menata karakter Islami melalui kecerdasan intelektual, emosional berbasis spiritual” berlangsung di Aula Kampus STAIBR Palas di Komplek Al Mujirin Sibuhuan.

Peserta seminar Internasional ini terdiri dari dosen, ulama dan mahasiswa STAI-BR Kabupaten Palas dan ormas Islam se Palas.

Bupati Padanglawas, drg H.Ahmad Zarnawi Pasaribu CHt MM MSi diwakili Asisten III Setdakab, Amir Soleh Nasution mengatakan kegiatan seminar ini bertujuan untuk peningkatan kualitas mahasiswa.

"Kegiatan seminar ini sangat positif untuk membangun moral pendidikan dalam mengkaji aqidah Aswaja yang langsung menghadurkan nara sumber dari Libanon," katanya, Kamis (31/3/2022).

Sementara Ketua STAIBR Palas, H. Ismail Nasution Lc MTH mengatakan, Yayasan Syekh Muhammad Dahlan STAIBR akan berbaur dengan paham Aswaja yaitu As’ariyah dan Maturudiyah.

Ismail menjelaskan, pendiri Yayasan STAIBR juga Alumni dari Mekkah Al-Mukarrom Sholatiyah selama 6 Tahun dan menolak paham yang mengatakan Allah berkedudukan di atas Arsy jahmiyah dan mujassimah.

Sebelumnya Ketua Panitia seminar, Nur Hakimah MPd mengatakan, kegiatan seminar ini sebagai wujud mempersipakan karakter anak bangsa untuk siap berkompetisi di dunia pendidikan yang mampu mencetak mahasiswa berkualitas.

Narasumber dari Libanon, Syekh Fadi Alamuddin Al-Husainya menyampaikan, aqidah Ahlussunah Wal Jamaah mengakui adanya Allah SWT tanpa punya tempat dan arah.

"Jika ada orang yang mengatakan bahwa Allah punya tempat dan arah, maka itu sudah bukan gologan faham Ahlussunah Wal Jamaah," tuturnya.

Senada dengan Syekh Dr. Fadi Alamuddin Al-Husainy Dosen Global University Lebanon, Wakil Rektor 1 IPTS,Dr. Zulfadi Nasution MPd mengatakan, untuk mengantisipasi paham Ahlussunah Wal Jamaah di Indonesia agar tidak bertolak dengan syariat maka banyak budaya yang di Islamisasi.

"Budaya yang diislamisasi tersebut tetap di jaga selagi tidak melanggar syariat Islam salah satunya tutur sapa di daerah Tabagsel yang dikenal dengan Mora, Kahanggi dan Anak Boru yang dikenal dengan sebutan Dalihan Natolu.

Menurutnya, ciri khas budaya diera zaman sekarang ini banyak yang tidak melanggar syariat islam sehingga tetap dipakai sebagai budaya didaerah.