JAKARTA - Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) mencatat, Ukraina adalah pemasok gandum terbesar kedua untuk Indonesia, setelah Australia. Dan Indonesia bergantung pada pasokan gandum impor.

Tahun 2021, Ukraina mengekspor 3,07 juta ton gandum, naik dari tahun 2020 yang sebanyak 2,96 juta ton. Sementara Federasi Rusia memasok 2.955 ton gandum, anjlok dari tahun 2020 yang sebanyak 68,81 ribu ton.

Jika mengacu data impor, ujarnya, sejak tahun 2018 hingga 2020, Ukraina adalah pemasok gandum terbesar Indonesia. Begitu juga dengan Rusia.

Baca: Diduga! Gandum Impor Rembes ke Industri Pakan, kok bisa?
"Walaupun tren menurun dari tahun 2018 hinga 2020. Artinya peran kedua negara tesebut sangat penting/vital buat pasokan gandum Indonesia dan dunia," kata Staf Khusus Aptindo Josafat Siregar kepada CNBC Indonesia, Rabu (23/2/2022).

Gangguan pasokan dari kedua negara tersebut, lanjutnya, akan berdampak luas.

"Bukan hanya untuk Indonesia tapi untuk dunia. Bisa saja akan terjadi scarcity (kelangkaan) dan ujung-ujungnya kenaikan harga," kata Josafat.

Padahal, Indonesia mengimpor sekitar 11,48 juta ton gandum di tahun 2021. Dimana pasokan berasal dari Australia, Ukraina, Kanada, Argentina, Amerika Serikat, India, Brasil, dan Bulgaria.

Penggunaan gandum oleh pabrik terigu di dalam negeri pada tahun 2020 adalah 8,6 juta ton. Tahun 2021 naik jadi 8,9 juta ton. Tahun 2022 proyeksi kami mengikuti perekonomian, tumbuh 5%.

Sementara, mengutip situs tradingeconomics, harga gandum berjangka Chicago meroket ke level tertinggi 9 tahun pada sesi perdagangan Kamis, 24 Februari 2022.

CEO dan Pendiri Keelvar Alan Holland mengatakan, Ukraina adalah produsen gandum, barley (jelai), dan rye (gandum hitam), serta jagung.

"Meski musim panen tinggal beberapa bulan, konflik berkepanjangan akan memicu kelangkaan dan memicu kenaikan harga konsumen di musim gugur ini," kata Holland seperti dilansir CNBC.com.*