MEDAN - Sempat kritis setelah beberapa jam menjalani perawatan, Sariatik (44) atau Suyati warga Batubara yang sakit pascavaksin Covid-19 akhirnya meninggal dunia.

Almarhumah menghembuskan nafas terkahir pada hari Minggu (6/2/2022) di Rumah Sakit H Adam Malik Medan.

Ia meninggalkan 3 orang anak dimana dua diantaranya masih berstatus pelajar. Sedangkan suaminya telah lebih dahulu pergi meninggalkan dunia sekitar 6 bulan lalu.

"Pasien bibik aku (Suryati) tidak terselamatkan lagi bang. Nyusul suaminya lah dia, anaknya juga lebih dahulu sebelum suaminya yang meninggal," kata Supri dengan nada suara sendu ketika mengabari wartawan yang mewawancarainya kemarin sore.

Supri yang ditemani keluarga lainnya termasuk, Suhaeni adik kandung Suryati mengungkapkan, almarhumah menghembuskan nafas terakhirnya setelah beberapa jam menjalani perawatan di RS H. Adam Malik Medan. Mereka mendapatkan rujukan dari RS Harapan di Kota Siantar, Sabtu (5/2/2022) dan malamnya di hari yang sama tiba di RS H. Adam Malik Medan.

"Beberapa jam saja dirawat," jelasnya.

Almarhumah awalnya dirawat di ruang isolasi Rindu A Lantai III kamar 3.1. Keluarga Suryati mengatakan kepada pihak dokter agar menyetujui menandatangani untuk memindahkan pasien Suryati ke ruang ICU karena kondisinya yang sudah kritis dan tak sadarkan diri.

Soal kepergian Suryati yang merupakan adik kandung ibunya itu, Supri sudah memiliki firasat. Apalagi, bibinya itu belakangan ini seakan pasrah atas penyakitnya.

"Akupun berfirasat kalau bibi gak lama, karena gitu kali yang dideritanya bang. Selama ini dia pun sepertinya pasrah aja, makanya enggak mau dibawa ke rumah sakit," kata Supri lagi.

Sebelumnya, pihak keluarga mengeluhkan bahwa penyakit yang diderita Suryati pascamenjalani vaksin di kampungnya, Desa Pematang Panjang, Dusun 5, Kabupaten Batubara pada 21 Desember 2021 lalu.

Namun dua hari setelahnya, Suryati menggigil hebat. Badannya panas dingin hingga keluarga membawanya ke klinik untuk opname selama tiga malam.

Karena tak kunjung ada perubahan baik atas penyakitnya, keluarga membawanya pulang dengan berobat alternatif. Suryati semakin tak bisa berdiri hingga dibawa ke Rumah Sakit di Batubara 3 hari, lalu dibawa lagi ke RS Harapan Siantar selama 1 hari dan akhirnya dirujuk ke RS Adam Malik Medan.

Sementara itu, Dokter Fauzi, penanggungjawab vaksin sendiri ketika dikonfirmasi membenarkan prihal keluhan yang diterima Sariatik setelah menjalani vaksin oleh timnya.

Namun dirinya mengaku jika timnya sudah mendatangi rumah pasien untuk menindaklanjutinya, akan tetapi Sriatik tidak ditemukan di rumah.

"Ibu Sriatik suntik vaksin tanggal 21 Desember 2021 dan tanggal 30 Desember keluarganya menghubungi saya tentang keadaanya, tim medis kami sudah datang ke rumahnya, tapi ibu itu nggak ada di rumah. Sejak saat itu kami nggak ada kabar dan hari ini baru ada kabar lagi dari keluarganya," sebut dr Fauzi.

Ketika ditanya apakah sakit yang diderita Sriatik memang dampak dari vaksinasi yang dilakukan timnya, dr Fauzi menjelaskan bahwa biasanya dampak vaksin itu terjadi secara langsung.

"Dampaknya biasanya langsung," akunya.

Ditanya lagi apakah dibolehkan walau sudah diberitahukan oleh pasien kalau dirinya mempunyai riwayat penyakit gula? dr Fauzi mengaku kalau memang ada riwayat gula dan gulanya bagus atau rendah dan dia mau, menurutnya sah-sah aja.

"Kita banyak yang punya riwayat penyakit gula. Kalau dia gulanya rendah dan kondisinya bagus, dia mau, yah kita mau gimana? Sebenarnya kaum kormobid ini yang kita suntik," kilahnya.

Ditanya lagi apakah dampak penyakit gula yang diderita pasien jika disuntikan vaksin bisa berdampak pembengkakan di bangian tubuh, hingga kelumpuhan seperti yang dialami Sriatik, dr Fauzi mengaku tidak mengetahuinya, meski dirinya mengamini jika pasien sudah memberitahukan tentang penyakitnya.

"Kalau itu saya tidak tau, karena harus dari diagnosa dokter," aku dr Fauzi sembari mengatakan jika HP-nya sedang lowbat dan akan menghubungi kembali, lalu mematikan telponnya.*