LHOKSEUMAWE - Sedikitnya 70 hektar tambak budidaya udang vaname, ikan bandeng dan ikan nila di Desa Meuraksa, Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe dilanda banjir besar, padahal tidak lama lagi petani akan panen. Salah seorang petani budidaya udang vaname, Azhar yang juga Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kota Lhokseumawe, saat ditemui, Minggu (2/1/2022) sambil memperbaiki tanggul yang jebol akibat terkena banjir mengaku kerugian mencapai miliaran rupiah. 
 
"Ada sekitar 70 hektar tambak budidaya udang vaname, ikan bandeng dan ikan nila, habis jebol akibat banjir setelah diguyur hujan selama 3 hari berturut-turut, padahal petani tinggal tunggu panen saja, ada yang panen minggu depan dan juga di akhir Januari 2022 panen, tapi apa hendak dikata semua habis dihantam banjir, " ungkapnya. 
 
Rata-rata, kata Azhar pematang tambak jebol, karena derasnya arus  banjir, alhasil udang, ikan bandeng maupun ikan nila, keluar semua dari tambak. 
 
"Kerugian diperkirakan mencapai miliaran rupiah, " katanya. 
 
Kawasan Desa Meuraksa, merupakan sentra budidaya udang vaname, ikan bandeng dan ikan nila di Kota Lhokseumawe. 
 
"Rata-rata penduduk Meuraksa petani budidaya udang vaname, ikan bandeng dan ikan nila, sekarang enggak bisa dipanen karena tambak pada jebol akibat dilanda banjir besar, " katanya. 
 
Disamping itu, tambah Azhar, setiap kali panen hasil produksi petani tambak dari Meuraksa bisa mencapai puluhan ton, baik udang vaname, ikan bandeng maupun ikan nila. 
 
"Selama ini hasil produksi budidaya udang vaname, ikan bandeng dan nila, selain untuk memenuhi pasar lokal sebagian ada juga yang di eksport, terutama udang vaname, " ujarnya. 
 
Namun saat ini, kata Azhar, sudah punah enggak bisa diharap lagi, karena sudah dihantam banjir, padahal modal untuk budidaya udang vaname, ikan bandeng maupun nila tidak sedikit.
 
"Rata-rata petani tambak menghabiskan modal mencapai ratusan juta, " jelasnya.