MEDAN - Banyak debitur bank yang terjerat kredit macet resah. Pasalnya mereka merasa tertekan, diintimidasi oleh oknum mafia lelang, agar segera melepaskan asetnya.

Hal ini terungkap dalam diskusi dan sharing yang digelar Komunitas Kredit Macet (KKM) dengan tema 'Media Vs Mafia Lelang', menghadirkan pembicara Nurhalim Tanjung selaku Pimred GoSumut, di Bakmi Jonlau Citraland Gama City, Sabtu (11/12/2021).

Salah satunya Ayaw yang mengaku tertekan dan resah. Ini setelah pinjaman permodalan di salah satu bank yang digunakannya untuk mengembangkan usaha macet, dan asetnya buru-buru di lelang. Padahal gagal bayar yang dialaminya, bukan semata disebabkan kelalaian. Melainkan pandemi Covid yang telah ditetapkan sebagai bencana non alam.

Menurutnya, asetnya yang dijadikan jaminan tersebut seharusnya tidak akan buru-buru dilelang tanpa adanya campur tangan mafia lelang. Apalagi mengingat puluhan tahun menjadi nasabah, ia termasuk debitur yang baik.

Selain Ayaw, Aho yang juga terjerat kredit macet mengaku resah. Pasalnya, selain asetnya yang dijadikan jaminan juga dilelang, ia juga dihubungi oknum mafia lelang, yang tidak ia kenal. Bahkan oknum tersebut mengetahui jika ia memiliki aset yang akan dilelang. Padahal Aho saat ini masih terus berusaha untuk mempertahankan asetnya.

Demikian halnya dengan Andi, debitur kredit macet yang sampai saat ini masih mengajukan upaya hukum kasasi terhadap asetnya yang dilelang jauh dibawah harga pasar. Namun, asetnya juga buru-buru dilakukan sita eksekusi, meski belum memiliki kekuatan hukum tetap.

Menurutnya, lelang yang dilakukan tersebut juga tidak terlepas dari campur tangan mafia lelang. Sehingga asetnya berupa tanah dan bangunan yang ditaksir memiliki nilai pasar Rp 5,1 miliar pada tahun 2014 silam, saat dilakukan pelelangan tahun 2020, hanya dihargai Rp2,7 miliar.

Nurhalim Tanjung dalam kesempatan tersebut mengapresiasi pelaku usaha kredit macet, sebab belakangan ini yang sudah macet kreditnya mulai berani dan semakin terbuka. Bahkan saat ini, untuk mendapatkan informasi kredit macet ini sudah ada di google.

"Ini sebenarnya yang ada di google, sudah satu modal buat kita. sebab kita tidak sendiri yang mengalami kerdit macet. Ketika dilakukan pencarian di google, maka akan muncul. Ini akan menginspirasi," ujarnya.

Menurutnya, jika bisa lebih terbuka, justru akan lebih melindungi, dibandingkan tertutup. Sebab dengan tertutup atau malu membuka diri, tiba-tiba sudah hilang asetnya satu-satu.

"Kadang-kadang kita merasa, jika kita sembunyi akan melindungi kita. Sekarang ini justru berada di tempat terang itu yang malah melindungi kita. Sembunyilah kita, kita malah hilang. Tapi kalau kita berada di tempat terang, kita terlindungi. Usaha kan selalu ditempat terang, artinya jika punya kesempatan kumpul sama kawan- kawan, rame-rame. bisa diskusi," ujarnya.

Dengan berkumpul dan diskusi, hal tersebut bagian dari edukasi.
"Bukan kita melawan, bukan menolak hukum. ketika kita mengajukan gugatan balik, yang dilakukan sebenarnya untuk mendapatkan keadilan," imbuhnya dan secara tidak sadar, itu akan mengedukasi orang lain, untuk mendapatkan keadilan.