LHOKSEUMAWE – Bonus demografi 2030 sebagai titik kulminasi membangun generasi emas Indonesia terkhusus diwilayah Lhokseumawe bebas narkoba, bahkan dalam waktu dekat Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Lhokseumawe bersama Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Lhokseumawe dan stackholders lainnya akan menggelar acara Generasi Emas Teman Sebaya (GETS) dengan melibatkan 2.500 pelajar. Hal ini sekaligus sebagai pesan bahwa kampanye anti narkoba harus dilakukan secara massif, tujuannya agar bonus demografi 2030 Indonesia bebas dari narkoba bisa tercapai.

“Kita tidak perlu pesimis, kendati peredaran narkoba yang dilakukan oleh para bandar terus membayangi generasi kita, namun kita terus maju melakukan pencegahan, salah satu yang akan kita lakukan adalah dalam waktu dekat kita akan lounching GETS dengan melibatkan 2.500 pelajar, hal ini ingin membuktikan bahwa perlawanan terhadap peredaran narkoba ditengah generasi masih cukup tinggi,” ungkap Kelapa BNN Kota Lhokseumawe Saiful Fadhli S.STP MSi saat Focus Group Discusion (FGD) bersama kalangan wartawan di Country Coffe Hotel Lido Graha, Selasa (9/11/2021).

Disisi lain, peredaran uang haram dari bisnis narkoba juga masih tinggi, hal ini juga bisa mempengaruhi perekonomian tidak hanya domestik, tapi juga perekonomian global. Bahkan para bandar, terkadang bisa juga berperan sebagai robinhood di tengah-tengah masyarakat, dengan cara membantu berbagai kegiatan sosial di kampung-kampung.

“Masyarakat wajib menolak, bantuan apapun yang bersifat bantuan sosial, jika diketahui sumber dananya dari para bandar narkoba. Jangan tergiur dengan jumlah sumbangan yang akan diberikan, jika kita terima sama saja kita melanggengkan peredaran narkoba di wilayah kita, makanya untuk memutus mata rantai terhadap peredaran narkoba disamping kita menolak semua bantuan yang dananya bersumber dari narkoba, masyarakat juga butuh pro aktif melakukan pengawasan, sehingga para bandar dan pengedar tidak bisa leluasa mengedarkan baram haram tersebut,” jelas Saiful.

Sementara itu dari sisi ekonomi diakui Kepala KPw BI Lhokseumawe Yukon Afrinaldo, bahwa ada sekitar $ 600 miliar dollar uang haram beredar didunia ini termasuk di Indonesia.

“Hal ini bisa mempengaruhi perekonomian dunia, termasuk perekomian nasional, juga termasuk diwilayah kerja BI Lhokseumawe, makanya dana sebesar itu harus dicegah. Oleh karena itu KPw BI Lhokseumawe bersama-sama dengan pihak BNN Lhokseumawe membantu kawasan yang terdeteksi rawan narkoba, kita bantu dari sisi pemberdayaan ekonomi alternatif, agar masyarakat lebih aktif dan giat melakukan usaha-usaha produktif. Tidak hanya pilihannya menjadi pengedar maupun bandar narkoba,” katanya.   

Dalam diskusi tersebut juga muncul pendapat agar di setiap sekolah dari mulai jenjang dasar hingga menengah agar materi narkoba dimasukan dalam kurikulum sekolah, tujuannya agar sekolah bisa menjadi garda terdepan dalam hal pencegahan narkoba.

Sedangkan terkait masalah ladang ganja yang tersebar di Kecamatan Sawang Aceh Utara yang jumlahnya tidak sedikit, dibutuhkan pengalihan usaha produktif masyarakat dan bila perlu kawasan tersebut dijadikan daerah pengembangan ekonomi produktif sektor pertanian.

Menyikapi masalah itu, Kepala BNN Kota Lhokseumawe Saiful Fadhli mengatakan sebenarnya sudah ada skema dari pusat menyangkut masalah Sawang lewat program Grand Design of Alternatif Development (GDAD).

“Kita berharap tahun depan ada realisasi menyangkut masalah GDAD tersebut, karena bisa membantu masyarakat merubah pola dari menanam ganja secara sembunyi-sembunyi beralih menjadi petani produktif dengan membuka lahan yang selama ini ditemukan berhektar-hektar lading ganja dirubah menjadi tanaman produktif dan jika perlu Sawang menjadi sentra pertanian andalan Aceh Utara sekaligus menjadi kawasan obyek wisata alam, karena kawasan tersebut destinasi alamnya cukup menarik,” ungkapnya.