MELEWATI masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), sejumlah kawasan objek wisata mulai bergeliat. Para pecinta wisata pun mulai memilih objek wisata yang menarik dan patut dikunjungi.

Dua tahun pandemi dihabiskan hanya berdiam tanpa hiburan, akhirnya tiba juga masa memanjakan diri dan keluarga untuk menikmati suasana indah di luar rumah.

Saat ini PPKM di Sumatera Utara menempati posisi level 1-2. Meski demikian masyarakat tetap harus patuh pada aturan prokes, demi mengurangi resiko penularan Covid-19.

Pada akhir Oktober lalu, tim GoSumut sempat menyambangi salah satu objek wisata yang terlihat mulai ramai pengunjungnya di Dusun Malau, Samosir. Rute perjalanan dari Medan butuh waktu tempuh sekitar 6 hingga 7 jam menuju Pelabuhan Simanindo, lalu menyeberang dengan kapal ferry menuju Desa Cinta Dame.

Memasuki area pantai, pengunjung akan menemukan beberapa objek yang bisa dijadikan latar belakang berfoto. Ada payung terbang, rumah pohon, hingga tirai putih yang digantung berjejer di sepanjang pantai pasir putih yang sangat indah.

batu hoda

Selain itu ada juga sarana permainan olahraga air yang disediakan, seperti jet ski dan banana boats, dan ada juga lapak untuk pengunjung yang hoby memancing.

Batu Hoda atau Batu Kuda memiliki legenda tersendiri yang menjadi daya tarik wisatawan. Ceritanya tentang seekor kuda yang setia menanti pasangannya yang tidak kunjung datang menemuinya. Hingga akhirnya sang kuda pun mati manjadi batu. Ikon patung kuda ini merupakan pantai wisata terluas di Samosir.

Seperti penuturan Ombang Siboro, pemilik objek wisata Batu Hoda, di kawasan pulau Samosir.

“Apa yang dirasakan Batu Hoda setelah PPKM, kita langsung merasa reborn. Tapi tetap tak luput menjaga dan terus mengingatkan tentang pentingnya keselamatan, penerapan aturan tentang prokes, kebersihan den kenyamanan pengunjung selama berada di kawasan wisata yang kita sajikan,” kata mantan Kadis Pariwisata Samosir ini membuka obrolan.

Ditanya soal data pengunjung dan omset pendapatan, Ombang terlihat semangat dan langsung menghitung luar kepala.

“Sampai jam 2 siang ini, pengunjung kita sudah ada 363 orang. Hingga sore nanti, total pengunjung bisa mencapai 650 orang. Tapi itu tidak flat. Pengunjungnya ada terus keluar masuk, jadi suasana tetap terlihat ramai. Ini kita rasakan di minggu ketiga Oktober, sepertinya pengunjung mulai stabil seperti sedia kala," ujarnya.

Batu Hoda yang luasnya mencapai 1,8 hektare ini sebut Ombang dibuka mulai pukul 08.00 Wib. Objek wisata yang merupakan salah satu tujuan wisata pantai pasir putih di kawasan Kaldera Toba ini umumnya didatangi para pelancong dari luar daerah, yang terbanyak dari Siantar, Medan dan Asahan.

batu hoda

Lebih ramai pengunjung yang datang pada hari Sabtu dan Minggu. Mereka yang datang biasanya rombongan keluarga, dari perkantoran atau perusahaan dan gathering, ada juga yang menginap.

Cerita Ombang lagi, Batu Hoda yang didirikan sejak September 2018 ini menawarkan konsep alam pantai nyata (real beach) yakni kemewahan alam terbuka. Pantai yang luas, bersih, nyaman dan tidak terkotak-kotak.

Kemudian ada pondok-pondok tempat duduk, areal untuk berenang, ayunan dan rumah pohon. Pantai yang bersih dan eksotik. Karena banyak pengunjung millenial maka disediakan juga arena photo spot supaya lebih semarak dan tidak membosankan. Selain itu juga sudah dipersiapkan villa dengan empat ruangan di dalamnya.

Dengan rate Rp950 ribu, dilengkapi ruang tamu dan dapur lanjutnya, pengunjung bisa bebas memasak sendiri. Kemudian ada ruang meeting untuk kapasitas 20 orang, Family room untuk 5 orang dengan harga Rp450 Ribu termasuk biaya masuk dan sarapan pagi.

Omset pada situasi pandemi sangat miris

Disinggung soal situasi pandemi, Ombang pun menceritakan keadaan Batu Hoda saat itu.

“Ada saat dia tutup, ada saat buka tutup. Karena ada aturan sangat ketat. Omset pasti tidak tercapai, tapi kita masih bisa terus beroperasi. Kita belum pernah merumahkan atau memecat pegawai," ujarnya.

"Kita juga berdayakan masyarakat setempat untuk membantu mereka menambah pendapatan. Ada lebih 40 karyawan dan 5 orang pegawai tetap kita berdayakan di sini,” sambung Ombang yang mengaku hanya menyediakan tempat dan menggunakan sistem bagi hasil ke masyarakat setempat.

Dia berharap ada kebijakan-kebijakan yang berpikir lurus, enggak ke sana ke mari. Kalau prokes yang menjadi teraphy permulaan peraturan, ya itulah yang diperkuat.

“Kalau wisata, saya yakin dan sangat optimis, dan saya sudah menunjukkan itu asal kita tahu mengelolanya. Itulah harapan kita. Danau Toba ini tidak kemana-mana. Asal bisa konsisten saja mengelolanya,” pungkasnya.