LHOKSEUMAWE – Kendati panas terik terasa sangat menyengat, namun tidak menyurutkan para buruh tani untuk mengais rezeki, betapa tidak, saat ini kawasan sentra tanaman padi di Kecamatan Muara Batu, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh mulai panen raya. Tampak ribuan hektar hamparan sawah yang ditanami padi sudah menguning, pertanda panen dimulai, tak ayal lagi buruh tani yang didominasi kaum ibu-ibu itu langsung terjun kesawah sesuai orderan dari pemilik sawah.

Para buruh tani tersebut, biasanya berkelompok-kelompok, satu kelompok berjumlah 10 orang, dengan upah potong padi sebesar Rp 40.000 per –orang dengan masa kerja setengah hari. Jika mereka melanjutkan hingga sore hari maka ongkos potong ditambah lagi sebesar Rp 40.000,- per – orang.

Padahal saat ini, modernisasi pertanian sudah menjadi tren ditengah-tengah masyarakat petani padi, salah satunya alat potong mengunakan pola mekanisasi berupa mesin combine, namun petani Kecamatan Muara Batu sebagian masih mempertahankan dengan pola manual, alasannya, jika menggunakan mesin combine, tanah sawah jadi rusak dan menyusahkan bagi petani untuk mengolah sawah, untuk proses penanaman kembali.

Disisi lain jika menggunakan mesin combine, maka buruh tani dipastikan kehilangan pekerjaan, karena pekerjaan yang selama ini digeluti oleh para buruh tani diganti dengan pola mekanisasi. “Oleh karena itu berdasarkan kesepakatan warga masyarakat, untuk saat ini sebagian petani di Kecamatan Muara Batu masih tetap menggunakan tenaga buruh tani, agar mereka tidak kehilangan pekerjaan,” ungkap salah seorang pemilik sawah, Bisrun, Senin (8/11/2021).

Masyarakat petani di Kecamatan Muara Batu sedang panen raya, namun harga gabah masih saja dikisaran Rp 4.800 s.d Rp 5.000 per kg, padahal masyarakat petani berharap pemerintah bisa menaikan kembali HET Gabah Kering Giling (GKG).

“Biaya produksi tanam padi lumayan tinggi, belum lagi masalah kelangkaan pupuk, akibatnya jika ada pupuk harganya menjadi mahal, sudah menjadi kebiasaan setiap musim tanam pupuk selalu langka, alhasil petani kelimpungan mencari pupuk kesana kemari, jika ada pupuk harganya juga tinggi, oleh karena itu kita berharap HET GKG bisa dinaikan oleh pemerintah,” timpal petani lain.