JAKARTA - Perusahaan infrastruktur dan konstruksi BUMN, PT Waskita Karya Tbk (WSKT) memastikan proses divestasi sebanyak lima ruas jalan tol akan selesai jelang akhir tahun ini. Lebih dari 30 investor diklaim telah menyatakan minatnya untuk mengambilalih tol yang dimiliki perusahaan ini.

Direktur Utama Waskita Karya Destiawan Soewardjono mengatakan dari total rencana divestasi 8-9 ruas tol ini diharapkan perusahaan akan mengantongi Rp 10 triliun, di mana hingga Agustus 2021 ini perusahaan telah merealisasikan senilai Rp 6,8 triliun atau 68% dari target.

"Terkait dengan divestasi toll road. Tol ini kami rencanakan ada 9 ruas tol yang bisa didivestasi, tapi realisasinya sampai semester I baru 4 ruas. Saat ini ada 5 ruas dalam negosiasi tapi mengingat pandemi ini masih berlangsung ini membuat proses negosiasi yang kami harapkan selesai di triwulan tiga akan mengalami kemunduran sampai triwulan empat," kata Destiawan dalam sebuah webinar, Kamis (12/8/2021).

Dia menjelaskan, jika seluruh dana hasil divestasi ini rampung, perusahaan akan dapat mengalami dekonsolidasi utang hingga Rp 20 triliun.

"Jadi ini menurut kami merupakan target utama yang akan mengurangi beban Waskita ke depan," jelasnya.

Adapun sembilan ruas tol yang memang direncanakan untuk didivestasi adalah Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi, Kuala Tanjung-Tebing Tinggi- Parapat, Cibitung-Cilincing, Cinere-Serpong dan Bogor-Ciawi-Sukabumi.

Selanjutnya adalah Depok-Antasari, Pemalang-Batang, Batang-Semarang dan Krian-Legundi-Bunder-Manyar.

Untuk ruas Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi telah rampung pada April 2021 lalu dengan perolehan Rp 824 miliar. Lalu ruas Batang-Semarang dan Cinere-Serpong telah selesai pada Juni 2021 lalu senilai Rp 3,57 triliun.

Kemudian, pada Juli 2021 telah mendapatkan conditional sales and purchase agreement (CSPA) untuk ruas Cibitung-Cilincing dengan indikatif dana yang diperoleh Rp 2,49 triliun. Calon pembelinya adalah PT Akses Pelabuhan Indonesia (API).

Di sisi lain, Waskita Karya akan melaksanakan dua aksi korporasi dengan target perolehan dana mencapai Rp 17,5 triliun pada periode September-Desember mendatang.

Dana ini masing-masing akan berasal dari penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD/rights issue) dan penerbitan obligasi.

Destiawan mengatakan dua aksi korporasi ini merupakan bagian dari skema pemulihan bisnis perusahaan setelah perusahaan mengalami penurunan bisnis akibat pandemi Covid-19.

"Kami memperkirakan sesuai dengan porsi PMN [Penyertaan Modal Negara] dan rights issue, Waskita akan mendapatkan fresh money kurang lebih Rp 12 triliun," kata Destiawan.

Penambahan modal ini merupakan bagian dari suntikan modal dari pemerintah kepada Waskita dalam bentuk PMN (Pernyertaan Modal Negara) senilai Rp 7,9 triliun di tahun ini.

Mengingat Waskita merupakan perusahaan terbuka, sehingga mekanisme penambahan modal harus dilakukan melalui mekanisme pasar. Rights issue ini ditargetkan akan dapat dilaksanakan pada Desember 2021 ini.

Total dana yang diharapkan dari aksi korporasi ini mencapai Rp 11,9 triliun atau mendekati Rp 12 triliun. Dana dari penambahan modal ini akan digunakan untuk penyelesaian tujuh ruas tol yang diinvestasikan oleh perusahaan.

Sedangkan dari penerbitan obligasi akan dilaksanakan lebih cepat yakni pada September 2021. Nilai dana yang ditargetkan bisa didapat dari sini sebesar Rp 5,6 triliun.

"Pemerintah akan menjamin fasilitas baru yang akan dilakukan Waskita termasuk di dalamnya refinancing obligasi yang jatuh tempo," jelas dia.

Dana hasil obligasi ini akan digunakan untuk melakukan pembiayaan kembali obligasi jatuh tempo dan sisanya untuk modal kerja.*