JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2021 sebesar 7,07% ternyata cukup mengejutkan bagi kalangan pelaku pasar keuangan. Meskipun ada pemulihan, namun tadinya ekonomi diperkirakan mampu tumbuh 6%. "Pertumbuhan di kuartal dua ini sudah beyond market expectation. Kita expect 6 persen, tetapi pertumbuhan sudah mencapai 7 persen. Ini sangat positif dan biasanya akan tercermin di pasar keuangan seperti apa," kata Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti dalam sebuah webinar kemarin.

Perbaikan perekonomian Indonesia sejalan dengan pemulihan ekonomi global yang terus menunjukkan perbaikan secara signifikan. "Beberapa mitra dagang kita khususnya Tiongkok tumbuh 7.9 persen, AS tumbuh 12 persen," sebut Destry.

Ini turut mendorong pertumbuhan investasi dan ekspor Indonesia pada periode tersebut. Investasi/PMTB mampu tumbuh 7,54%, ekspor tumbuh 31,78% dan impor tumbuh 31,22%. Sementara itu konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 5,93%.

"Jadi investasi kita menjadi backbone perekonomian, karena tumbuh 7,54 persen (yoy). Ini didukung oleh konsumsi pemerintah dengan segala jenis stimulus dan pelonggaran fiskal sehingga menyumbangkan pertumbuhan 8,06 persen," terangnya.

Destry menambahkan, sejauh ini Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) dalam kondisi yang sehat. Sehingga, walau Curent Account masih defisit tetapi relatif terkendali, didukung oleh masih adanya capital inflow, yang kendati melambat karena adanya penyesuaian global.

Selain itu, cadangan devisa Indonesia juga masih tercatat 130 miliar dollar AS, setara dengan 9 bulan dari impor dan pembayaran utang luar negeri Indonesia. Jauh di atas tracehold IMF yang sebesar 3 bulan. "Ini menggambarkan bahwa sektor eksternal kita strong karena pertumbuhan ekon di-backup ekspor kita," jelas Destry*