KARO - Berastagi merupakan destinasi wisata populer yang ada di Sumatera Utara, udaranya yang sejuk dan keindahan panorama yang terbentang luas membuat siapapun akan betah berlama-lama menghabiskan waktunya untuk berlibur di tempat tersebut.

Namun sayang kota yang terletak di dataran tinggi Karo tersebut acapkali jadi langganan macet. Tentu hal ini sangat mengganggu jalannya distribusi barang dan pangan terutama sayur dan buah, apalagi diketahui Karo merupakan kabupaten utama pengahasil sayur mayur di Sumut.

Bukan hanya mengganggu distribusi barang dan pangan, kemacetan juga membuat wisatawan mengeluh akibat macet panjang yang selalu terjadi di hari libur dan akhir pekan.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, Polres Tanah Karo melalui jajaran Satuan Lalulintas melakukan operasi penertiban lalulintas di kawasan tersebut, Sabtu (3/7/2021).

Selain itu, bersama Dinas Perhubungan Kabupaten Karo dan Satuan Polisi Pamongpraja melakukan razia terhadap parkir liar dan pedagang yang bejualan di bahu jalan.

Kapoles Tanah Karo, AKBP Yustinus Setyo menekankan, operasi penertiban lalin tersebut bertujuan untuk melayani masyarakat dan sebagai bentuk pengabdian kepada negara.

"Tidak ada hari libur, kita bekerja untuk masyarakat," katanya pada saat apel persiapan pelaksanaan tugas antisipasi kemacetan.

Parkir liar dan pedagang yang melanggar aturan disinyalir merupakan salah satu penyebab terjadinya kemacetan di wilayah Berastagi dan sekitarnya.

Kepala Dinas Perhubungan Karo Glora Fajar Purba membenarkan, masih banyak kendaraan yang didapati parkir sembarangan dibeberapa tempat di wilayah Berastagi.

"Iya lumayan ada beberapa lokasi yang masih dijadikan tempat parkir sembarangan padahal ada rambu-rambu larangan parkir," sebutnya.

Selain itu, dia mengaku, badan jalan tidak mampu lagi menampung kapasitas kendaraan yang datang dari penjuru wilayah dan juga diduga menjadi penyebab terjadinya kemacetan panjang. Belum lagi jika terjadi kecelakaan ataupun mobil mogok di jalan utama menuju dan dari Berastagi, kemacetan bisa mengular hingga puluhan kilometer.

"Jika hal itu terus terjadi bisa-bisa wisatawan ogah datang ke Karo, sebab yang tadinya bertujuan untuk relaksasi, malah yang terjadi datangnya rasa stress. Pemerintah pun wajib putar otak bagaimana memanjakan wisatawan agar betah diwilayahnya dalam rangka perputaran uang. Sebab selain dari hasil pertanian, pendapatan utama daerah Karo adalah dari sektor pariwisata," jelasnya.

Diharapkanya, masyarakat dan wisatawan juga mampu bersinergi dengan aturan yang telah dibuat sehingga kenyamanan dan ketertiban dapat tercipta.