TOBA - Rumah Tahanan (Rutan) Kelas II Balige, Kabupaten Toba membangun komitmen mempercepat merealisasi Wilayah Kerja Bebas dari Korupsi (WBK), melalui layanan tekhnologi. Sehingga seluruh aktifitas pelayanan lebih terbuka dan transparan.

Kepala Rumah Tananan (Karutan) Balige, Hendri Damanik kepada wartawan mengatakan hal tersebut sebagai tindak lanjut amanah dari Kementerian Hukum dan HAM agar seluruh rumah Tahanan di NKRI menjadi WBK.

"Saat ini semua pekerjaan dilaksanakan berdasarkan data dan sistim, dengan sistim monitor langsung melalui kamera tehnologi semua aktivitas warga binaan dan petugas dimonitor tingkat perbuatan menyalahi aturan akan terminimalisir hingga tidak ada karena perbuatan yang salah itu akan diikuti dengan sanksi," ujar Karutan Balige, Selasa (29/6/2021).

Dengan sitem kamera pengawasan yang dibuat saat ini lanjutnya, akan meminimalisir stigma negatif kepada petugas rumah tahanan yang selama ini bisa seenaknya bersikap tidak adil terhadap warga binaan. Sebab sistim pengawasan yang baru ini, tentunya seluruh aktivitas diawasi.

"Kepercayaan ini kami serahkan kepada petugas yang membidangi berkreasi menciptakan sistim yang dinamakan Silige, Sipentiliar dan Brizzi yang wajib diikuti siapapun di Rutan Balige," sebutnya.

Ditambahkan Henri Damanik semua perbaikan dan inovasi dilakukan sebagi bentuk dan wujud dari komitmen seluruh pimpinan serta para staf Rutan Balige untuk satu tujuan agar WBK .

Kasubsi Pelayanan Rutan Balige, Edoward Bangun dalam paparannya menyampaikan sistim pengawasan yang dibuat saat ini diharapkan ke depan dapat meningkatkan pelayanan dan pengawasan aktifitas kegiatan para tahanan dan petugas Rutan. Sehingga tercipta Rutan Balige WBK, dengan sistim layanan informasi Rutan Balige (Silige) serta memudahkan masyarakat mendapat layanan.

"Seperti layanan untuk kunjungan, informasi PB, CB, CMB, asimilasi, remisi dan tahapan pembinaan hingga masa bebas warga binaan disana sudah tersaji berikut dengan berbagai dokumen," terangnya yang diamini petugas lain, Lisben Manalu dan Kartika Sitorus.

Lanjut Edoward Bangun, untuk sistim penitipan lihat virtual( Sipentiliar) merupakan sajian menghubungkan antara keluarga dengan warga binaan ketika ada penitipan barang atau uang transparan dan tidak ada pemotongan.

"Kepercayaan ini yang ditanamkan apalagi di masa pandemi Covid-19 untuk bertemu langsung tidak diperbolehkan tentu melalui sistim ini tidak ada saling dicurigai sebab apa dan berapa yang dititip tampak secara virtual," ucapnya menyebut sistim Brizzi mampu menekan peredaran uang di Rutan karena setiap pembelian sudah menggunakan kartu.

Sementara Kepala KPR Rutan Balige, Dewin Sagala juga memperjelas saat ini Rutan Balige tidak hanya fokus pada pelayanan tapi juga pembinaan dan pelatihan kepada warga binaan yang nantinya berguna ketika sudah kembali kepada keluarga.

"Semua kita maksimalkan meski mempergunakan modal tak seberapa beberapa hasil karya siap dipasarkan," ungkapnya seraya menunjukan beberapa hasil karya warga binaan berupa lampu petromak berbahan baku tempurung.