MEDAN – Bangunan warung liar di Bukit Holbung, Desa Hariara Pohan, Kecamatan Harian, Samosir, segera ditertibkan oleb pihak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) setempat. “Kami sudah berkordinasi dengan bupati Samosir yang berjanji segera datang ke lokasi untuk menyelesaikan masalah ini,” Ria NovidaTelaumbanua, kepala Dinas Kebudayaan dan  Pariwisata Sumut, kepada GoSumut.com, kemarin.

Ria mengakui di kawasan Bukit Holbung  masih terdapat konflik tanah ulayat, tapi menyayangkan dalam upaya Sumut memajukan pariwisata saat ini masih ada segelintir orang melakukan cara-cara yang justru mengganggu upaya, apalagi dengan merusak eksotisme Danau Toba yang merupakan kawasan wisata super prioritas. “Kita semestinya jangan memikirkan kepentingan pribadi masing-masing, karena itu mari kita jaga  Bukit Holbung dan kawasan wisata Danau Toba lainnya supaya bermanfaat buat banyak orang,”

Sebelumnya viral di media sosial keluhan seorang fotografer Sri Andoko yang menemukan dua bangunan warung liar di perbukitan Holbung. Pasalnya, Bukit Holbung baru saja menyelamatkan wajah pariwisata Sumut dalam ajang Anugerah Pesona Indonesia (API) 2020. Tapi bangunan gubuk itu telah merusak Bukit Holbung dalam sekejap.

Dalam pengumuman pemenang API Award 2020 di Hotel Inaya, Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT, Kamis (20/5/2021) pekan lalu disebutkan Bukit Holbung sebagai pemenang ketiga dalam kategori Dataran Tinggi Populer. Adapun pemenang pertama adalah Fulan Fehan, Belu-NTT, sedangkan kedua adalah Puncak Tempurung Garden, Sarolangun Jambi.

Penghargaan itu menjadi satu-satunya yang berhasil disabet Sumut berkat eksotisme Bukit Holbung dari 18 kategori penghargaan dalam ajang tersebut. Proses seleksi yang dilakukan mulai 1 Agustus hingga 31 Desember 2020 tak memilih Danau Toba, perairan Nias dan Sibolga, serta selancar di Pantai Sorake Nias Selatan dalam kategori Wisata Air Terpopuler maupun Wisata Olahraga dan Petualangan Terpopuler.

Sri Andoko, yang sedang sedang melakukan hunting foto di sekitarBukit Hobung, Kamis (27/5/2021) menyesalkan penghargaan itu berpotensi hilang atau dicabut dari Sumut karena saat ini ada dua bangunan warung berdiri di perbukitan di sana. “Kalau ini dibiarkan maka akan muncul bangunan-bangunan lain yang akan merusak eksotisme Bukit Holbung,” katanya.

Dia menunjukkan foto-foto bangunan warung itu yang sedang dalam keadaan ditinggalkan pemiliknya. Soalnya, pemerintah setempat menutup sementara Bukit Holbung dari kunjungan wisatawan guna mencegah pandemi Covid-19, demikian pula objek wisata lain di Samosir, seperti Sibea-bea dan Air Terjun Efrata.

Andoko mengatakan sejumlah warga setempat juga menyesalkan berdirinya dua bangunan warung itu di perbukitan Holbung. “Mereka sudah menegur pemilik warung tapi dia bersikukuh sebagai pemegang hak ulayat di lahan Bukit Holbung,” kata Andoko.

Onny Kresnawan, seorang sineas yang kerap membuat film dokumenter di sekitar kawasan Danau Toba, termasuk Bukit Holbung, juga menyesalkan berdirinya bangunan warung liar di sana. “Hal itu bisa merusak eksotisme Bukit Holbung dan Danau Toba. Agaknya perlu dibangun kesadaran wisata masyarakat sekitar kawasan super prioritas pariwisata itu, apalagi Danau Toba sudah ditetapkan Unesco sebagai geopark (taman bumi warisan dunia),” ungkapnya.*