KAMI memulai percakapan daring kali ini dengan membiarkannya menangis, tersedu dalam duka yang mendalam. Papanya tak bisa melawan virus corona, meninggal dunia Kamis pekan lalu.

Bagi keluarga klien saya ini, uang bukan masalah seperti yang dialami banyak orang. Fasilitas rumah sakit terbaik, obat-obatan termahal, serta dokter ternama -- yang pasti mahal juga-- tidak kuasa melawan kehendak Illahi.  

Jika harus membayar senilai tiga bangunan hotel bintang 5 dalam waktu 1 jam pun dapat terkumpul uang keluarga ini demi bisa mendampingi papa tercinta. Corona menjauhkan mereka, bahkan tak bisa mereka melihat jenazah papa tercinta hingga dimakamkan. Ia hanya bisa menatap dari kejauhan sebentuk kotak kayu mahal berbungkus plastik transparan yang mengikat rapat.

“Uang tak ada artinya, Coach,” katanya lirih.

Sukses Mulia

Kesalahan banyak orang tua dan para mentor bisnis, adalah mengajarkan semua orang untuk secepatnya sukses dan kaya raya. Produk pelatihan, seminar dan buku-buku bisnis lebih banyak memacu orang untuk menjadi kaya raya, bahkan dalam waktu yang sangat singkat.

Terlupakan untuk memasukkan dalam daftar cita-cita para calon pengusaha untuk tidak sekadar sukses secara material tetapi juga bisa mendapatkan kemuliaan hidup. 

Sungguh tidak haram untuk menjadi kaya raya. Sungguh sangat penting untuk menjadi kaya raya. Tetapi kekayaan tanpa kemuliaan menjadikan hidup terasa hampa dan kering. 

Pertanyaannya adalah; Memang kenapa kalau sudah kaya raya?  Anda mau apa kalau sudah kaya raya? Kekayaan Anda yang berlimpah mungkin tidak akan habis Anda belanjakan sepanjang hidup. Tetapi sadarilah bahwa harta Anda sangat penting untuk menciptakan kemuliaan hidup, dengan membelanjakannya di jalan kebaikan. 

Dalam pendekatan teori  ekonomi modern, mengumpulkan banyak harta dan mengeluarkannya sedikit, itu membuat anda menjadi kaya raya. Tetapi pendekatan teori ekonomi Tuhan, menyarankan anda untuk mengeluarkan sebanyak-banyaknya, maka anda akan menerima jauh lebih banyak lagi. 

Jadi jangan pernah takut miskin dengan membelanjakan harta Anda untuk kebaikan di dunia ini. Yang Anda perlukan adalah sebuah keyakinan penuh bahwa Tuhan akan membantu Anda dalam situasi apapun. Yang Anda perlukan adalah sebuah keyakinan penuh bahwa Tuhan tidak akan pernah  menyengsarakan Anda.

Luruskan Cita-Cita

Mungkin pandemi ini menjadi kesempatan yang baik untuk menge-set ulang cita-cita kebebasan finansial Anda. Ini kesempatan untuk meluruskan cita-cita, bahwa kita tidak ingin sekadar kaya raya tetapi juga hidup penuh dengan kemuliaan. 

Masukkan di dalam cita-cita Anda seberapa banyak fakir dan miskin, serta anak yatim, yang bisa Anda muliakan. Anda juga bisa memulai dengan sebuah pertanyaan; Apakah pegawai Anda benar-benar dalam kesejahteraan yang baik. 

Benar bahwa usaha Anda lah yang mengantarkan kepada hasil yang dikehendaki. Namun ingatlah bahwa yang menentukan dan yang memberikan keberhasilan tersebut adalah Tuhan. Apapun agama Anda kembalilah kepada Tuhan. Itu jaminan keselamatan dunia dan akhirat. 

Percayalah bahwa harta bisa Anda bawa bersama kematian anda. Caranya adalah dengan membelanjakannya untuk kemuliaan banyak manusia. 

Rezeki bukan uang semata, tetapi Anda juga butuh rezeki berupa ketenangan hidup, kesehatan, rumah tangga yang tentram dan bahagia, sahabat yang baik, jiwa yang sejuk dan alam yang bersahabat. Jangan sempitkan rezeki Anda hanya pada uang semata.

Mengakhiri obrolan online kami, klien saya mengatakan, 

“Kami menang di rezeki uang, Coach, Tetapi kalah di rezeki yang lain.” 

“Kami banyak uang, tetapi dikelilingi oleh para penjilat.”

“Kami banyak uang, tetapi rumah tangga adik kami berantakan.”

“Kami banyak uang, tapi kami hanya punya waktu bersama paling sejam dalam seminggu.”.

“Kami banyak uang, tapi hidup kami penuh kekhawatiran.”

“Kami banyak uang, tapi tidak bisa membeli nyawa papa.”

Saya meyakini, kaya raya penting tetapi hidup mulia juga penting untuk melengkapinya.

*Penulis adalah Business Coach dengan spesialis bisnis keluarga.