MEDAN - Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) bersama Balai Pantun Singapura dan Klinik Pantun Nusantara menandatangani nota kesepahaman Memorandum of Understanding (MoU) dan Memorandum of Agreement (MoA), Kamis (29/4/2021) pagi di seminar nasional 'Adat Berpantun Cerminan Budaya Santun'. Penandatanganan ini disaksikan langsung Rektor UISU DR Yanhar Djamaluddin MAP bersama Pengasas Balai Pantun Singapura, CG Karmin Abbas melalui virtual zoom meeting.

Dalam kesempatannya, Kepala Pusat Studi Sejarah Budaya dan Kearifan Lokal FKIP UISU, Dr Hj Dahlena Sari Marbun MEd menyampaikan, perjanjian dengan Balai Pantun Singapura dan Klinik Pantun Nusantara tersebut akan diaplikasikan dan nantinya masyarakat di seluruh nusantara khususnya UISU agar belajar bersama menyusun pantun yang bagus dan juga logis.

Dalam perjanjian itu, ketiga pihak sepakat untuk mengangkat nilai nilai tradisional seperti pohon aren yang menjadi sumber pendapatan dan paling utama juga menjaga lingkungan. Begitu juga dengan ulos yang sudah dijadikan sebagai hari ulos nasional.

"Kita juga memberikan kesempatan kepada pengrajin, penenun ulos, karena kita sudah penelitian dengan Prof Nur (Ketua Lembaga Penelitian UISU) ke sana dan mereka antusias, bahkan ingin kerjasama juga dengan kita. Sehingga nantinya nilai ekonomis dari ulos itu akan bisa dimanfaatkan. Namun dengan catatan, harus ditunjang dari daerah, harus dibantu oleh daerah, dalam hal ini adalah modal ataupun pelatihan," ungkapnya.

Dalam MoU itu, seluruh peserta yang ikut berpartisipasi nantinya diharuskan memasukkan karyanya ke apppantun.com dan juga aipantun.com untuk dianalisis.

"Nantinya pantunnya itu akan diperiksa apa kekurangannya, ketika sudah dimasukkan ke dalam web. Jadi kita kerjasama, apalagi outputnya itu adalah negara serumpun. Jadi sebelum masuk output, luarannya antologi (pantun) itu, diperiksa di apppantun maupun aipantun, sehingga pantun itu punya logika dan layak," bebernya.

Lena mengaku, pengumpulan pantun untuk antologi ini akan diawali dengan seminar yang berlangsung pada Juni 2021. "Di situlah disosialisasikan, ada batas batas schedulenya. Dalam jangka waktu 2 atau 3 bulan itu diseleksi semua, tapi dengan catatan dimasukkan dulu ke apppantun dan aipantun. Jadi tidak hanya asal pantun yang kita masukkan dalam antologi," terangnya.

Untuk menyukseskannya, Lena mengaku, akan berupaya agar pihak Unesco dapat memberikan sambutan dalam antologi pantun yang akan diterbitkan nantinya. Unesco diberi kesempatan karena telah menetapkan pantun sebagai warisan budaya takbenda.

UISU sendiri, sambung Lena, termotivasi untuk menghidupkan warisan budaya takbenda. Apalagi Rektor UISU DR Yanhar Djamaluddin sangat konsen mengangkat kembali budaya dan kearifan lokal.

"Saya juga pembuat mata kuliah kearifan lokal, sejarah lokal tepatnya. Dan itu bisa kita revisi, karena sekarang ini sudah ada istilah merdeka kampus, di situ kita masuk, kita bisa berkreasi yang berkaitan dengan kearifan lokal ini. Mengedepankan kearifan lokal pantun. Kalau selama ini kan geografisnya, politiknya, peperangannya, sekarang (kita ingin) untuk melihat nilai nilai kearifan lokal," tandasnya.

Untuk itu, Lena berharap, kerjasama ini mendapat respon dari seluruh lapisan masyarakat khususnya mahasiswa maupun pelajar yang juga sebagai generasi muda.

"Kemudian anak SMA juga, karena merekalah yang menjadi penerus kita, sehingga kekallah kearifan lokal dan berkembang. Jadi tidak berhenti sampai di sini. Itu harapan kami, nanti generasi muda ini kita latih juga," ucapnya.

Hal senada juga disampaikan Pengasas Klinik Pantun, DR Umar Zein. "Harapan kami dari Klinik Pantun Nusantara adalah kita bisa merawat dan mengangkat warisan budaya yang sebenarnya cukup jenius yaitu pantun, terutama pantun pantun kearifan lokal. Itu saja sebenarnya harapan kita dan kita juga akan berusaha mensosialisasikan dan bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Sumut, diharapkan nantinya ini bisa tersosialisasikan ke siswa siswa di Sumatrea Utara," ujarnya.

MoU itu sendiri, sambung Umar, adalah perjanjian kerjasama antara UISU dengan Balai Pantun Singapura dan Klinik Pantun yang secara garis besar mereka memiliki program program perencanaan dan kegiatan secara umum.

"Kemudian MoA itu menyangkut dengan kegiatan kegiatan di lapangan seperti melaksanakan antologi pantun kearifan lokal, melakukan lomba lomba di tingkat sekolah maupun di tingkat perguruan tinggi. Nantinya akan ada pengumpulan karya karya kearifan lokal ke daerah, kita juga bekerjasama dengan Pusat Studi Sejarah dan Kearifan Lokal UISU untuk meneliti tentang kearifan lokal dan sejarah yang tujuan kami pertama adalah ke daerah Langkat," tandasnya.

Seminar ini sendiri dipandu dr Agusnadi Talah SpA dan diisi narasumber oleh Rendra Setyadiharja S.Sos., M.IP yang embahas kearifan lokal dalam pantun, Dr Maryanto M.Hum membawa matero gema pantun sebagai gerakan sukma keindonesiaan penyair Sanusi Pane, Dr Hj Dahlena Sari Marbun M.Ed dengan materi kearifan lokal dalam lingkaran sosial histroris masyarakat Sumatera Utara dan Dr Tuti Tarwiyah M.Si dengan materi kearifan lokal budaya Betawi.