TOBA - Meskipun batas waktu pengosongan Pasar Balairong Balige telah melewati kesepakatan bersama, namun masih ada saja pedagang yang membandal dan tetap tidak mau pindah.
Menindaklanjuti hal tersebut, Plh Bupati Toba Sekdakab, Audi Murphy Sitorus didampingi Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi UKM Tua Pangaribuan, Asisten II Sahat Manullang, Kasatpol PP Broztito Sianipar, Camat Balige Pantun Joshua Pardede, Kabid Pasar Disperindagkop Manogihontua Gultom dan puluhan personel Satpol PP, turun langsung untuk mengimbau kembali seluruh para pedagang yang masih bertahan.

Plh Bupati selanjutnya menegaskan kepada semua pedagang untuk segera mengosongkan Pasar Balairong Balige dan menempati tempat relokasi yang sudah disediakan yakni di Lapangan Sisingamangaraja XII.

"Hari ini masih kami berikan waktu yang terakhir berjualan disini, tempatilah relokasi yang sudah disediakan," tegas Kabid Pasar Manogihontua, Senin (22/2/2021).

Seorang pedagang boru Panjaitan yang kesehariannya berjualan buah dan belum beranjak pindah dari Pasar Balairong mengungkapkan alasannya.

"Saya tidak pindah karena masih ada pedagang yang lain masih berjualan di luar Balairong. Janganlah Pemkab Toba memihak-mihak, kami akan pindah jika semua pedagang yang di luar Balairong juga disuruh pindah," ujarnya.

Plh Bupati Toba juga menyampaikan supaya para pedangang bersabar dengan kondisi saat ini.

"Kita masih mengimbau para pedagang yang masih berjualan di sini. Kita berharap mereka dapat memahami kondisi progres pekerjaan revitalisasi pembangunan sarana dan prasarana Pasar Modern Balairong Balige," kata Audhi.

Menurut dia, revitalisasi dilaksanakan untuk mendukung peningkatan perekonomian masyarakat kedepannya serta mendorong sektor pariwisata di Toba.

"Bila tidak diindahkan lagi, kita akan melakukan tindakan tegas untuk tahapan selanjutnya. Namun kita yakin warga akan patuh dan siap bekerja sama untuk mensukseskan pelaksanaan pembangunan Pasar Modern Balairong Balige ini," tandas Audi Murphy.

Pantauan Gosumut, sejumlah pedagang yang bertahan nampaknya enggan untuk pindah menempati relokasi lapak yang telah disediakan di lapangan Sisingamangaraja XII. Menurut mereka, disamping lapak yang sempit, mereka juga mengeluhkan agak jauh dari pusat kota.