MEDAN - Membangun bisnis tidak seperti membalikkan telapak tangan. Butuh proses, perjuangan dan ketekunan serta kegigihan untuk meraih sukses.

Hal ini juga dirasakan Heriyanti yang jatuh bangun merintis bisnis Mie Sop Kampung Bamboe sejak delapan tahun di Jalan Bambu Kecamatan Medan Timur.

Dengan kerja kerasnya, usaha yang dimulai dengan modal Rp5 juta sekira tahun 2013 silam, kini semakin berkembang dan memiliki lima gerai di Kota Medan.

Yanti sapaan akrab Heriyanti yang ditemui digerai Mie Sop Kampung di Jalan Sei Batugingging, Selasa (2/2/2021) menuturkan, sebenarnya dia mengawali usaha ini bermula dari keterpurukan ekonomi keluarga. Setelah suaminya, Syafruddin yang merupakan pemborong kala itu memiliki keinginan untuk mandiri dengan membuka usaha sendiri.

Sebab sejumlah warga Tionghoa tempat dia bekerja sebelumnya selalu berhasil dan sukses dalam mengerjakan proyek. Namun, harapan untuk sukses seperti rekan-rekannya tersebut tidak terwujud. Sedikitnya tiga kali proyek yang dikerjakannya, gagal. Sampai barang-barang berharga miliknya seperti mobil, rumah dan perhiasan habis terjual. Bahkan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sulit.

Hal ini yang menjadi titik nol bagi Heriyanti, untuk bangkit. Terlebih ketika ada kerabat mengajaknya ke salah satu tempat kuliner mie sop kampung di kawasan Sunggal yang lokasi usaha tersebut sebenarnya tidak terlalu strategis. Karena letaknya yang berada dalam gang namun dicari orang dan pengunjungnya selalu ramai.

Sebagai penikmat mie sop, Yanti mengaku hal tersebut juga menjadi inspirasi baginya untuk memulai usaha serupa. Apalagi sebelumnya dia juga sudah memiliki usaha sarapan pagi di Jalan Bambu.

"Awalnya kita buat sarapan lontong, kebetulan sore, jam 4 sudah tutup. Dari sini, sebagian ada yang bilang ke saya, sayang kalau punya tempat tidak dikelola. Sehingga keluar lah ide membuat mie sop ini," bebernya.

Dalam memulai usaha ini, Yanti mengaku untuk mendapatkan rasa yang standar, selalu meminta saran dari kerabatnya dengan meminta mencicipi menu yang disajikan. Alhasil, dalam kurun seminggu, dia sudah bisa mendapatkan formula yang standar.

Kemudian sambungnya, saat melaunching mie sop kampung tersebut, pengunjung yang datang cukup ramai. Sehingga menu yang disiapkan dengan bahan baku 5 kg ayam ternyata kurang.
Dari sini juga, perlahan tapi pasti setiap harinya terjadi peningkatan kebutuhan bahan baku. Dari 5 kg menjadi 10 kg dan bertambah terus, bahkan saat momen lebaran dia punya pengamalan pernah menghabiskan satu ton bahan baku daging ayam.

Seiring dengan berjalannya waktu, gerai Mie Sop Kampung ini terus melebarkan sayapnya. Kini, Mie Sop Kampung sudah hadir di Marelan, Binjai, Jalan Setia Budi dan Jalan Sei Batugingging. Dari lima gerai yang ada, usaha mie sop kampung ini sudah menyerap sedikitnya 60 orang tenaga kerja.

Ditengah kondisi pandemi Covid-19 saat ini, Yanti mengaku turut terimbas. Dengan penurunan omset 50% hingga 70%. Meski belakangan mulai membaik dengan dikisaran 50% omset, namun tetap saja kondisinya normal.

Biasanya sebelum pandemi Covid-19, Mie Sop Kampung Bamboe bisa menghabiskan ratusan porsi setiap harinya. Namun saat ini, rata-rata puluhan porsi saja. Dia pun berharap, pandemi Covid-19 ini segera berlalu.

Dalam kesempatan yang sama, Yanti dalam mengelola usaha tidak pelit ilmu. Sebab semua resep yang digunakan dalam proses pembuatan mie sop kampung tersebut diketahui para pegawainya. Tidak ada kekhawatiran baginya, jika suatu waktu nanti pegawainya membuka usaha serupa. Dia cukup sadar, setiap orang memiliki rezekinya sendiri, meski memiliki bisnis yang sama.

Tidak hanya sampai disini, Yanti dalam waktu dekat menargetkan akan menambah gerai baru di Kecamatan Medan Johor. Langkah ini juga sebagai upaya membantu masyarakat dalam menekan angka pengangguran.