DELI SERDANG - Hanya dengan 20 hari pelatihan, seorang arsitek dipastikan dapat menguasai teknologi di dunia arsitektur, yakni Building Information Modeling (BIM) yang dikembangkan Lembaga Pelatihan Kerja Modern Arsitektur & Teknologi (LPK MAT) dengan tenaga pendidik yang mumpuni.
Salah satu peserta pelatihan BIM di LPK MAT, Justin turut mengapresiasi lembaga yang digawangi CEO LPK MAT, Tony ST.

"Selama pelatihan, saya memang diawal agak susah, tapi bimbingan demi bimbingan (yang saya ikuti, akhirnya) saya jadi terlatih. Saya lebih mudah mengerti sistemnya dan pastinya saat ini lebih lancar," ungkap Justin usai menerima setifikat kelulusan yang secara simbolis diberikan Tony ST, Sabtu (19/12/2020) di Kantor LPK MAT Komplek Cemara Asri, Jalan Cemara Asri Boulevard Raya No.88 88 A, Pecut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

Ceo LPK MAT, Tony menyampaikan, pelatihan yang dilakukan lembaganya merupakan kebutuhan dunia arsitek saat ini. Terlebih lagi peraturan pemerintah tentang wajib BIM di Indonesia.

"Kita ini lebih soft skill. Kenapa soft skill? karena kalau ingin menjadi negara maju, kita perlu namanya ilmu-ilmu induk seperti BIM, yang dipakai oleh ekosistem arsitektur. Kalau dikomunikasi kan lebih ke internet 5G yang mau kita adopsi, untuk kesehatan mungkin stemcell (sel punca), terus untuk kecepatan transportasi mungkin hyperloop," sebut Tony.

Menurut Tony, ada beberapa teknologi induk di Indonesia yang belum dikuasai. Penguasaan teknologi ini penting untuk dilakukan. Sebab, ini produk dunia di era industri 4.0.

"Kalau dulu mungkin kita nggak bisa kuasai, karena kita udah ketinggalan. Tapi sekarang kita bisa memulai teknologi ini untuk dikuasai. Kenapa? karena kita punya generasi muda yang banyak. Di Indonesia sendiri, generasi muda kita ada sebanyak 60%. Jadi untuk belajar BIM ini lebih mudah dipelajari daripada negara lain yang mungkin jumlah generasi tuanya lebih banyak," jelasnya.

"Jadi kalau kita ingin menjadi sumber daya unggul, kita harus menguasai teknologi induk di dunia arsitektur yaitu BIM. BIM itu adalah soft skill untuk kita para arsitek. Jadi kita lebih fokus kepada arsitekturnya, karena di masa depan itu ada dunia spesialisasi. Jadi makin spesialis, makin baguslah kualitas ilmu yang kita kasih. Kita nggak lagi pecah konsentrasi ke banyak hal," terangnya.

Di sisi lain, Tony juga mendukung program pemerintah dalam hal sertifikasi. Sebab, lembaga yang dia pimpin bukan hanya sebagai tempat 'jualan' sertifikat, melainkan lebih menjawab tantangan dalam mengasah kemampuan seorang arsitek.

"Kita lebih jual skill, kemampuan. Karena kalau kita ingin nasional project, banyak negara negara lain yang ingin berinvestasi di Indonesia, mereka pastinya kepingin tim arsiteknya pakek BIM, karena kita bisa komunikasi dengan lintas negara, yang penting ada akses internetnya kita bisa kolaborasi project. Dengan teknlogi lain di luar BIM, itu enggak bisa. Makanya program pemerintah untuk menciptakan Undang-undang Cipta Karya ini sangat kita dukung, terus program yang kita kerjakan ini juga sejalan dengan program pemerintah, di mana lebih condong ngajar skillnya daripada teori," bilangnya.

Berbicara tentang keunggulan, sudah pasti kata Tony. Di mana, teknlogi BIM ini memiliki kecepatan proses desain. Kalau software lain, timeline projectnya itu dikerjai hingga ratusan tahap.

"Tapi kalau di software kita itu, kita potong menjadi 100 sampai 500, jadi dia hanya 5 tahap. Kenapa dia bisa menjadi singkat? karena semua udah bermain template. Di dalam software itu udah ada namanya sistem yang sering kita pakek ulang. Contohnya dinding kan 15 cm, jendela tingginya berapa, ketebalan kusen alumunium pintu udah ada standarnya. Makanya kita enggak habis waktu mengerjakannya itu. Jadi proses yang tadinya kita banyak mengerjakan hal yang berulang ulang, itu udah enggak ada lagi. Jadi kita main klik aja hal hal udah ada standarnya," jelasnya.

Tak hanya itu, teknologi ini juga sudah terintegrasi dengan berbagai ilmu multi disiplin. "Pemerintah kan asyik menggalakkan BIM, supaya menghemat waktu. Jadi kalau dengan adanya tadinya prosesnya dipotong, ini menghemat waktu, terus kalau dulu kita kan ada meeting koordinasi, meeting aanwijzing dan sebagainya, itu kan meeting yang menghabiskan waktu. Jadi dengan hanya dengan via Zoom kita bisa presentasi dengan multidisiplin yang lain, tanpa harus jumpa muka. Dan file kita itu bukan lagi file yang menjadi file lain setelah jatuh ke tangan multidisiplin lain. Kalau pakai ini meetingnya itu enggak banyak lagi," terangnya.

"Jadi menghemat waktu diproses desainnya, koordinasi. Koordinasinya bukan hanya multidisplin saja, bahkan sama supplier, ini juga menggalakkan ekonomi serinya di dunia arsitektur. Di mana para supplyer itu bisa membuat file, file itu kita pakai, habis itu barangnya terjual kan. Jadi menggalakkan menciptakan lapangan pekerjaan," ucapnya.

Namun yang paling penting, sebut Tony, dari segi pemerintahannya mungkin tersedianya database. "Semua gedung di Indonesia, itu nggak ada databasenya kebanyakan. Paling bagus tuh kalau ada BIM, ada database. Database inilah dipakai oleh pemerintah untuk pengurusan izin, untuk perawatan si pemilik gedung untuk merawat. Misalnya pipanya di mana posisi gorong-gorong jalan, mereka semua ada databasenya," jelasnya.

Tony mencontohkan sebuah kejadian banjir di suatu daerah. Di mana, ada gedung baru di inti kota dan tiba tiba mengalami banjir setelah gedungnya siap.

"Rupanya si pemilik gedung nutupin gorong-gorong pipa kota pemerintah, dia enggak tahu itu pipa penting, akhirnya banjirlah 1 kota. Itu karena nggak ada database, kita nggak tahu database pipa kita di mana. Jadi dengan adanya BIM semuanya terkaver. Jadi semua bisa mengaksesnya, orang yang mengerjakan proyek, orang orang yang berkepentingan di proyek, untuk dikembangkan dalam bentuk hitungan, dalam bentuk pengembangan kota, dalam bentuk hal hal yang lain," jelasnya kembali.

Tony juga menyampaikan, lembaga yang dia pimpin ini sudah berdiri sejak 3 bulan terakhir ini bertujuan untuk memberikan manfaat kepada banyak pihak salah satunya tenaga ahli arsitek.

"Tujuan saya mendirikan ini sebenarnya simpel. Awalnya gini, banyak industri kek kita arsitek profesional atau dia punya proyek besar, dia kepengin sumber daya manusia itu sesuai kebutuhan industri. Sekarang revolusi industri 4.0, banyak hal baru yang dibutuhkan oleh industri di proyek, contohnya pakai BIM, pakai Drone, pengukuran pakai kacamata AR, itu industri udah butuh," jelasnya.

Apalagi, lanjut dia, pemerintah juga sudah menggalakkan keilmuan ini, dimana wajib BIM di kementerian PUPR telah diberlakukan. "Tapi begitu proyeknya berhasil melaksanakan tender, pelaku industri ini kebingungan mencari orang yang sudah BIM. Pemerintah sudah suruh wajib BIM, para kontraktor, para arsitek, tapi siapa yang bisa ngajarkan BIM? enggak ada. Jadi kenapa kita buka ini? Salah satunya itu memang kebutuhan dari industri kita. Kita akan ketinggalan lagi dengan negara lain, jadi kalau enggak dari sekarang saya mulai, kita lima enam tahun lagi, ya nanti ujung ujungnya kita akan belajar dengan negara lain. Dengan kita duluan mulai, nanti negara lain belajar BIM ke Deli Serdang, Sumatera Utara. Itu yang saya harapkan, karena di sini ada beberapa yang udah melakukan pembicaraan atau kerjasama internasional," jawabnya.

Meski teknologi BIM ini sudah 10 tahun lebih ada, namun di Indonesia ini baru sekitar 2 tahun lalu mulai dibuatkan peraturannya oleh pemerintah. Teknologi BIM ini banyak dipakai oleh negara Eropa sebagai 'kiblatnya' arsitek.

"BIM ini asal usulnya dari negara Eropa, karena arsitektur itu orientasinya banyak ke Eropa. Mereka itu menggunakan BIM udah lama sebenarnya, cuman penetrasi ke Indonesia nya agak lambat, karena faktor si pelaku project ini sibuk, karena siapapun yang handle project, pasti gak punya waktu. Kita mau belajar hal baru enggak bisa, jadwalnya padat kali. Makanya kalau enggak diajari dari yang usia muda muda, itu nanti begitu mereka udah ambil project terlanjur dengan metode lama, maka belajar lagi agak susah. Kecuali memang ada satu kondisi yang memang ada liburan panjang kayak sekarang karena covid, jadi semua sibuk belajar. Kalau dulu mana ada waktu untuk belajar. Dulu saya saking semangatnya ngajarin, saya keliling keliling studio lho, enggak ada yang tertarik itu. Eh begitu kenak covid, mereka baru pada sibuk cari saya, karena mereka merasa, 'oh ternyata BIM itu banyak manfaat ya'. Pertama efisiensi waktu, kita enggak perlu meeting, enggak perlu terbang ke berbagai kota, cukup online aja udah bisa kerja," tandasnya.

Di lain sisi, Ketua Himpunan Desainer Interior Sumatera Utara, Roslilawati memuji hadirnya lembaga ini. Sebab, lembaga pelatihan kerja ini menjawab tantangan mengenai regulasi pemerintah yang tertuang melalui Peraturan Menteri PUPR Nomor 22 tahun 2018 tentang penggunaan BIM wajib diterapkan pada Bangunan Gedung Negara tidak sederhana dengan kriteria luas diatas 2000 M2 dan diatas 2 lantai.

"Yang dibuat oleh lembaga pelatihan kerja model arsitektur dan teknologi ini sesuatu yang luar biasa. Himpunan Desainer Interior Sumatera Utara itu juga ada namanya sertifikat keahlian dan kalau seorang yang berprofesi sebagai arsitek dan di interior, wajib mempunyainya. Dan hari ini tadi malam saya mendapat kabar dari LPJK (Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi) pusat bahwa Pak Tony sudah mendapat SK interior HDI, jadi selamat ya, karena itu sesuatu yang sangat luar biasa dan mendapatkannya susah," bilang dia.

Ros juga mengakui, untuk mendapatkan sertifikat ini butuh perjuangan dan tidak gampang. "Jadi pemerintah sudah mengeluarkan satu peraturan bahwa setiap profesional yang berprofesi di arsitektur, baik itu kontraktor konsultan dan lainnya di jasa konstruksi, wajib bisa membuat aplikasi dengan menggunakan BIM. Jadi saya berharap ilmu yang didapat agar dipergunakan sebaik-baiknya di dalam proyek yang akan kalian kerjakan nantinya," pesan Ros kepada peserta didik pelatihan BIM.

Dia juga mengakui, lembaga kerja seperti ini hanya satu satunya ada di Indonesia. "Kalau saya bilang emang begini, BIM itu dibutuhkan di dunia konstruksi, lebih efektif orang mengerjakan proyek. Kalau 1 proyek itu menggambar bisa berbulan-bulan, ini dalam seminggu atau dalam 3 jam, juga udah jadi, gitu cepet ya," tutup Roslilawati.