MEDAN - Debat publik perdana pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Medan 2020 telah usai dilaksanakan KPU Kota Medan, Sabtu (7/11/2020). Kedua pasangan calon yang berkontestasi juga telah menyampaikan visi misi mereka, terutama yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan penanganan Covid-19 di Kota Medan.
Pasangan calon nomor urut 01, Akyar Nasution-Salman Alfarisi memulai pemaparan visi misi mereka dengan mengusung jargon Medan Berkarakter, sementara pasangan calon nomor urut 02, Bobby Nasution-Aulia Rachman mengusung jargon Medan Berkah.

Pengamat Kebijakan Publik Universitas Sumatera Utara, Muhammad Akbar mengatakan, secara umum penyampaian visi misi kedua pasangan calon ada saling keterkaitan, terutama dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, visi misi yang disampaikan pasangan Akhyar-Salman, seharusnya sudah terselesaikan pada periode lalu, atau pada masa Akhyar menjadi wakil walikota atau pelaksana tugas Walikota Medan usai Dzulmi Eldin dicokok KPK.

"Seharusnya sudah selesai dalam lima tahun ini. Tapi disampaikan ulang lagi. Berarti belum selesai. Ada banyak masalah yang tinggal," katanya.

Dia merujuk pada perbaikan infrastruktur dan peningkatan karakter yang disampaikan oleh pasangan Akhyar-Salman. Seharusnya, misi tersebut sudah selesai dilaksanakan. Apalagi Akyar sebelumnya menjabat sebagai pucuk pimpinan Kota Medan, sedangkan Salman dengan latarbelakang sebagai legislator di DPRD Medan sebelum terpilih menjadi anggota DPRD Sumatera Utara, tahun lalu.

Dengan memaparkan visi dan misi seperti itu, tentu publik bertanya-tanya, apa yang sudah dilakukan Akhyar dalam lima tahun belakangan di Pemko Medan.

Sementara, pasangan calon 02, Bobby-Aulia sebagai anak muda justru lebih menguasai masalah, dan menyampaikan visi misi secara terstruktur. Dia menyebut, visi misi yang disampaikan Bobby-Aulia justru lebih aplikatif dibanding solusi yang ditawarkan Akhyar-Salman. Padahal, dengan visi-misi yang cenderung diulang oleh pasangan Akyar-Salman, seharusnya mereka lebih menguasai masalah. "Tetapi justru ini kebalikannya. Bobby lebih paham mengenai masalah di Medan, dan solusi yang ditawarkan lebih menyentuh ke level masyarakat," jelasnya.

Hal senada juga diungkapkan Pengamat Komunikasi Publik Univesitas Medan Area, Ara Auza. Menurut dia, dari gestur dan pemaparan visi-misi kedua pasangan calon, bisa terlihat bahwa mereka menguasai masalah atau tidak.

"Akhyar beberapa kali terlihat tegang dan cenderung kaku. Sementara di Bobby lebih terlihat santai," katanya.

Dia menjelaskan, dengan wajah yang terlihat tegang, pasangan Akyar-Salman justru terjebak pada pembahasan itu-itu saja. Mereka beberapa kali hanya mengulang-ulang soal polemik omnibuslaw untuk menyerang pasangan Bobby-Aulia. Begitu juga saat mereka berkesempatan untuk memberi pertanyaan soal politik anggaran di Medan, mereka justru tergiring oleh jawaban yang diberikan pasangan Bobby-Aulia.

"Ini menunjukkan kalau pasangan Akhyar-Salman tidak menguasai masalah," tegasnya.

Pasangan 01 juga terjebak dengan kalimat bahwa mereka sudah melakukan ini, mereka sudah melakukan itu selama ini. Dalam artian, dalam lima tahun belakangan mereka sudah banyak berbuat untuk menyelesaikan masalah di Kota Medan. Tetapi kenyataan di lapangan justru berbicara berbeda. Masih banyak masalah yang tertinggal dan belum terselesaikan, misalnya soal masalah UMKM, infrastruktur dan birokasi bernuansa korup dan pungli yang mencuat dalam debat perdana itu.

Sebaliknya, pasangan Bobby-Aulia justru tampil lebih elegan dan santai. Visi misi mereka sampaikan secara terstruktur dan lebih mudah dipahami publik.

Pasangan ini terlihat lebih siap dalam menjawab semua pertanyaan, baik yang diberikan panelis, maupun yang diberikan oleh kubu lawan. Malah, mereka berhasil menggiring pasangan Akhyar-Salman untuk mengikuti alur pemikiran mereka.

"Ini tentu mematahkan anggapan selama ini bahwa Bobby ini tidak ramah atau apa. Justru sebaliknya, anak muda ini justru menjelaskan masalah dan solusinya dengan baik, lebih tepat sasaran," katanya.

Pada intinya, kata dia, jika dilihat dari gaya komunikasi dan penyampaian visi misi mereka, Bobby lebih unggul dan menguasai panggung debat perdana tersebut. Sementara Akhyar kelihatan kelabakan karena tak menguasai masalah. (*)