LHOKSEUMAWE - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Lhokseumawe, Yukon Afrinaldo mengakui, merchant Quick Response code Indonesia Standar (QRIS) di Lhokseumawe masih minim, yakni baru sekitar 1.675 marchant, terdiri dari 749 marchant usaha mikro dan 494 marchant usaha kecil. Hal tersebut dikatakannya saat launching peluncuran QRIS goes to campus yang dihadiri sejumlah perguruan tinggi swasta di wilayah Kota Lhokseumawe, kemarin.

“Dengan menggunakan QRIS mempermudah dalam proses pembayaran. Oleh karena itu pengguna QRIS di Lhokseumawe harus lebih banyak lagi, saat ini pengguna QRIS masih didominasi oleh pelaku UMKM yakni baru sekitar 1.675 marchant terdiri dari 749 marchant usaha mikro dan 494 marhant usaha kecil,” katanya.

Secara nasional, urai Yukon, jumlah marchant menggunakan QRIS sudah mencapai lima juta per 16 Oktober 2020. Sedangkan untuk wilayah kerja KPw BI Lhokseumawe sudah mencapai 9.199 pelaku usaha yang terdaftar sebagai marchant QRIS.

Disamping itu, Yukon Afrinaldo sangat berharap pengguna QRIS akan terus bertambah, apalagi sebagain perguruan tinggi di Lhokseumawe sudah banyak pengguna QRIS. Paling tidak, di wilayah kerja KP BI Lhokseumawe, seluruh perguruan tinggi yang ada sudah bisa menggunakan QRIS.

Sementara itu Kepala Bank Mandiri Syari’ah Cabang Lhokseumawe Rahardian Ansyari mengatakan bahwa dengan menggunakan QRIS bisa mencegah beredarnya uang palsu, soalnya setiap transaksi tidak lagi menggunakan uang cash, begitu juga bisa menghindarkan penumpukan uang disetiap instansi baik swasta maupun milik pemerintah.

“Apalagi dalam situasi pendemi covid – 19 saat ini, dengan bertransaksi menggunakan pola QRIS, bisa menghindarkan pertemuan tatap muka, sehingga bisa meminimalisir penularan” katanya.

Dengan pola system pembayaran elektronik, memudahkan bagi masyarakat untk bertransaksi secara manual, pasalnya bertransaksi secara manual banyak mengandung resiko. Rahardian menontohkan salah satu dalam proses pembayaran gaji karyawan akan lebih mudah menggunakan cara elektronik.