MEDAN -  Menyerap aspirasi kaum milenial di Jalan Rawe 4 Lingkungan 6 Kelurahan Tangkahan, Medan Deli, Jumat (2/10/2020), calon Wali Kota Medan nomor urut 2, Muhammad Bobby Afif Nasution ditantang memberikan solusi kepada nasib para atlet berprestasi dan pegiat seni.
Seperti diungkap Ketua Tim Futsal Medan Utara, Syafi. Dia mempertanyakan program yang dibuat pasangan Bobby-Aulia saat memimpin Kota Medan nanti, kepada para atlet. Lantaran selama ini, pendidikan atlet-atlet berbakat di Kota Medan kurang diperhatikan.

“Karena mereka sudah berprestasi tapi selama ini, tetapi pendidikannya tidak diperhatikan. Bahkan ada juga dari mereka yang sudah membawa nama baik Indonesia, susah mencari pekerjaan,” ucapnya.

Sementara, mahasiswa perfilman, Fiqri Haikal mempertanyakan langkah Bobby Nasution dalam mendukung sineas dan dunia perfilman di Kota Medan. Menurut dia, hingga kini belum ada wadah untuk meningkatkan produktivitas perfilman Kota Medan, padahal perfilman Kota Medan sangat bagus.

“Bahkan yang gabung dalam tim Abang (Bobby), ada Adul, Audry dan Jack sudah pernah menang dalam lomba perfilman nasional. Pertanyaan saya, ada tidak program yang dibuat untuk mensejahterakan para sineas Kota Medan,” ungkapnya.

Jangan golput (tidak memilih). Pilih nomor 2. Itu adalah jawaban utama yang dikemukakan Bobby Nasution dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi para milenial ini. Bobby mengajak kaum milenial untuk memilih pemimpin yang memiliki visi misi sesuai dengan kebutuhan.

“Kira-kira nanti kalau memilih pemimpin, akan dibangunkan lapangan futsal atau tidak? Kira-kira yang punya prestasi, pendidikannya akan diperhatikan atau tidak? Tanya dengan kandidat-kandidatnya. Kalau tidak bisa beri solusi, jangan dipilih,” ucap penggagas #KolaborasiMedanBerkah ini.

Intinya, sambung Bobby, pilih wali kota yang bisa memberikan program yang bisa menjamin lapangan pekerjaan dan pekerjaan bagi warganya.

Apalagi saat ini adalah era digital, dan kaum mudalah yang nantinya akan memimpin bangsa. Pemuda harus mengubah mainset mau bekerja, tapi harus bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.

Menjawab pertanyaan terkait dunia perfilman, Bobby Nasution mengaku sudah pernah bertemu dengan komunitas perfilman Kota Medan. Dari pembicaraan terungkap, agak mahal membuat film di Medan dibandingkan Singapura.

“Kenapa mahal. Saat akan buka lapak mau syuting film, baru satu jam berada di lokasi, sudah ada yang datang minta setoran. Agak dua jam, ada lagi yang datang. Agak empat jam, datang lagi. Dari situ saja sudah menggerus potensi sineas,” jelasnya.

Kalau hal-hal seperti ini terus terjadi, jelas dia, bukan hanya anggaran yang meningkat, mental sineas juga akan berpengaruh. Makanya, pemerintah Kota Medan harus bisa menjamin ketersediaan dan keamanan tempat-tempat terbuka yang bisa digunakan sineas untuk berkarya.

“Bukan hanya tempat, namun pemerintah harus menciptakan kompetisinya. Pemerintah Kota Medan pun harus mendata permasalahan ini,” tuturnya.

Karena itu, Bobby Nasution telah Menyusun program untuk membenahi sistem dan birokrasi Kota Medan saat memimpin nanti. “Sehingga nanti yang berprestasi akan benar-benar dihargai dan diakui, bukan saja oleh wali kota, tapi bisa dibawa ke dunia internasional,” tukasnya. (*)