TEBINGTINGGI-Puluhan santri Ma'had Tahfidz Husna ini mempunyai cita-cita yang sama dalam mengikuti Wisuda Tahfidzul Qur’an Tahun ini (13 September 2020). Acara wisuda tersebut berlangsung tertib dan sukses yang diadakan di Pondok Ma'had Tahfidz Husna, Jl. KF. Tandean No. 253 Bulian Kota Tebing Tinggi.

Dalam sambutannya, Ketua DPRD Tebing Tinggi / Bapak Basyaruddin Nasution, S. H mengatakan : "Para santri ini sama-sama ingin memakaikan mahkota dan jubah kemuliaan bagi kedua orangtuanya di surga kelak. Mahkota dan Jubah itu sebagai balasan dari Allah SWT, sebab para orangtua ini telah mendidik putra putrinya untuk menjaga Al-Qur’an."

"Seandainya Allah memutarkan waktu untuk saya kembali kemasa kecil, masih usia anak-anak, mungkin inilah jalan yang harus saya lalui. Iri saya melihat anak-anak ini. Sepertinya ada rasa malu bagi diri sendiri. Teringat saya, terbayang saya seumuran mereka, masih mencari ikan disungai, diparit-parit, banyak main tak menentu. Tetapi hari ini kita lihat anak-anak ini tergerak hatinya untuk menjadi penghafal Qur'an. Beruntung kalian punya orang tua yang baik, do'akan orangtua selalu sehat dan murah rezekinya, agar bisa menyekolahkan kalian hingga menjadi Hafidz / Hafidzah bahkan sampai Professor, Doktor menjadi orang hebat karena keberkahan Al-Qur'an," tuturnya.

"Pesan kami, kalian tidak hanya sekedar menjadi penghafal Qur'an, tapi jadilanlah hafalan ini sebagai virus yang menyebar keseluruh masyarakat. Virus yang tidak bisa dihentikan. Jadikanlah semangat / ghirah pada hari ini sebagai penghafal Qur'an menjadi penyakit menular, sehingga keluarga kita, lingkungan kita, juga berkeinginan menjadi penghafal Qur'an dan ahlul Qur'an, " Imbuhnya lagi.

Salah satu peserta wisudawati Hafidzah 30 Juz yang bernama Naila Alfina Rizki Binti Azwar mengatakan motivasi ikut ujian hafalan Qur’an ini untuk mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. Supaya kelak dapat memakaikan mahkota dan jubah untuk kedua orangtuanya. Meskipun ia mengaku untuk ikut munaqasyah, ia disuruh orangtuanya. Tapi dari lubuk hatinya, ia memang ingin menambah hafalannya dan menjadi Hafidzah Qur'an.

“Insya Allah target mau mengabdikan diri dipondok Tahfidz Husna setelah wisuda 30 Juz ini,” ucap santri yang akrab disapa vina itu dengan malu-malu.

Senada dengan Vina, peserta lainnya, Muhammad Ali Aksa dan Tina Syifa Adillah Putri pun ingin mengkhatamkan hafalan Al-Qur’an 30 Juz. Selain agar mendapatkan pahala dari Allah SWT. mereka ingin juga mendapatkan kesempatan memakaikan mahkota dan jubah untuk kedua orangtuanya kelak di surga.

“Kata ustadz ustadzahku banyak berkahnya bagi orang yang belajar Al-Quran, makanya aku harus belajar,” kata Aksa.

Dalam tausyiahnya, Ustadz K.H Emil Sofyan, S. Pdi menyampaikan arahan. "Memang, orang tua yang sabar mendidik dan mengajarkan Al Qur’an serta menganjurkan untuk menghafal Al-Qur’an kepada anaknya, kelak di Akhirat Allah SWT akan berikan penghargaan yang luar biasa, yaitu dipakaikan jubah kemuliaan. Rasulullah Shalallahu alaihi wasalam bersabda, barangsiapa yang membaca Al Qur’an, mempelajarinya dan mengamalkannya kelak di hari kiamat dikenakan mahkota dari cahaya yang sinar kemilaunya seperti cahaya matahari. Dan bagi kedua orang tuanya masing-masing dikenakan untuknya dua pakaian kebesaran yang tidak bisa dinilai dengan dunia. Maka Kedua orang tuanya bertanya: ’Mengapa kami diberi pakian kemuliaan seperti ini?’ Dijawab: ’Karena anak kalian berdua belajar dan menghafal Al Qur’an.’ (Mustadrak Al Hakim 1/568. Dihasankan Al Albani dlm As Shahihah no.2914).

"Maka orang tua harus mampu mendidik dan mengajari putranya agar dapat membaca Al-Qur’an. Mari sekolahkan anak-anaknya di sekolah yang mengutamakan pendidikan Al Qur’an, agar kelak anak-anaknya dapat memberikan manfaat bagi dirinya dan orangtuanya di dunia dan akhirat," ucapnya.

Saat ini kita dihadapkan dengan pengaruh globalisasi yang berdampak pada kemerosotan moral bagi generasi muda Islam. Kita sangat prihatin ketika anak-anak muda Islam terpengaruh dengan minuman keras, pergaulan bebas, kemaksiatan, jauh dari nilai-nilai agama Islam. Agar generasi muda Islam tidak terseret jauh dalam arus globalisasi, maka kita harus bergandengantangan untuk membentenginya dengan nilai-nilai agama. Salah satu cara yang paling ampuh adalah dengan memasukkan anak-anak kita kepondok-pondok Tahfidz, sekolah-sekolah agama.

Allah SWT mengingatkan dalam Alquran tentang terbaginya umat Islam ke dalam tiga golongan dalam menyikapi Alquran (QS. Faathir : 32). Pertama, golongan zhalimu linafsih (menganiaya diri sendiri). Kedua, golongan saabiqun bil-khairi (cepat berbuat kebajikan). Ketiga, golongan muqtashid (pertengahan).

Golongan pertama adalah orang yang lebih banyak kesalahannya daripada kebaikannya. Golongan kedua adalah orang yang kebaikannya amat banyak dan amat jarang berbuat kesalahan. Dan golongan ketiga adalah golongan pertengahan yaitu mereka yang kebaikannya berbanding dengan kesalahannya.

Dapat dikatakan, golongan zhalimu linafsih adalah orang yang mengabaikan Alquran dalam hidupnya. Disebut "menganiaya diri sendiri" karena dengan mengabaikan ajaran Allah ia sesat dalam hidupnya. Ia menolak mengikuti aturan yang akan menyelamatkannya dunia-akhirat.

Golongan sabiqun bil-khair adalah mereka yang cepat mengamalkan Alquran begitu mereka baca dan pahami. Sedangkan golongan muqtashid dapat dikatakan parsial dalam pengamalan Alquran. Mereka mencampuradukkan antara ibadah dan maksiat, hak dan batil. Mereka termasuk orang yang merugi karena Allah memerintahkan agar kita berislam secara total (kaffah).

"Oleh karena itu, pada saat ghirah kita tinggi untuk membaca Alquran, seharusnya hal di atas menjadi perhatian serius. Kita tidak sekadar mengejar pahala. Satu huruf sepuluh pahala" alias membaca, tetapi lebih dari itu berupaya memahami dan menghayati maknanya, untuk kemudian semampu kita mengamalkan dan mendakwahkannya.

Sebagai penutup, Ustadz H. Emil Sofyan atau yang biasa dipanggil bang Hems menjelaskan cara umat muslim memuliakan Alquran dengan menunaikan hak-hak Alquran. Ada lima hak Alquran pada seorang muslim.

Pertama, Haqqut Tilawah, yaitu hak dibaca. Alquran itu petunjuk jika dibaca dan dipahami. Kedua, Haqqut Taddabur, yaitu hak di-taddaburi. Setiap muslim harus memahami dan memikirkan setiap ayat, baik dari sebab turun dan tafsir kandungan ayat. Ketiga, Haq ‘Amal, setelah membaca dan memahami ayat-ayat Alquran, setiap muslim harus mengamalkannya, sehingga menjadi dasar-dasar kita berperilaku (berakhlak). Keempat, Haqqul Hifdzi, menghafal Alquran sesuai kadar maksimal kemampuan setiap muslim. Karena keberkahan dan kemuliaan Alquran akan selalu mengikuti setiap muslim yang menghafalkannya. Kelima, Haqqut Tabligh, agar menjadi keberkahan bersama, hendaknya Alquran diajarkan kepada sesama manusia. Inilah nasihat Nabi Muhammad SAW kepada umatnya untuk menjadi sebaik-baiknya manusia.