ASAHAN-Merasa tidak cocok dengan hasil seleksi penerimaan siswa/siswi di SMA N 1 Kisaran, sejumlah orang tua calon murid yang tidak lolos datangi SMA N 1 Kisaran, Senin(29/6/2020).

Mereka datang ke sekolah tersebut bermaksud ingin mempertanyakan tentang penerimaan siswa/siswi melalui Jalur Zonasi.

Pantauan Gosumut.com, bukan hanya orang tua calon anak didik yang gagal saja yang mendatangi sekolah tersebut. Namun tampak juga para calon siswa/siswi yang orang tuanya tak bisa datang ikut serta ingin mempertanyakan hal yang sama ke pihak sekolah.

Para ibu-ibu tersebut mencurigai bahwa sistem penerimaan dengan sistem online itu terindikasi tidak transparan dan akuntabel. Khususnya mengenai perhitungan jarak antara rumah dan sekolah.

Hal ini dikatakan langsung oleh salah satu orang tua calon murid yang tak lolos di SMA N 1 Kisaran. Adalah Melda (39) warga jalan Bayan, Kelurahan Gambir Baru, Kecamatan Kisaran Timur, Kabupaten Asahan.

Melda mengaku anaknya tidak lulus seleksi untuk menjadi pelajar di SMA N 1 Kisaran. Padahal menurut Zonasi jarak SMA N 1 Kisaran ke alamat rumahnya hanya 999 meter (kurang dari 1 KM).

"Aneh kan pak, padahal kurang lebih 1 kilometer zonasi kami. Tapi anak saya tak lulus. Bingung kami jadinya," ungkap Melda kepada Gosumut.com.

Menurut Melda, dari data yang dimilikinya, bahwa ada calon peserta didik yang lolos seleksi, meskipun jarak antara rumah dan sekolah si calon peserta didik tersebut lebih jauh jika dibandingkan dengannya.

"Yang herannya, kok orang Mandoge (Kecamatan Bandar Pasir Mandoge) bisa lulus. Waktu SMP dia sekolah di Metodis Kisaran. Kita yang dekat, justru anak kita pula yang tak lulus. Aneh ini. Makanya kita kemari, mau minta penjelasan dari sekolah," terangnya.

Senada dengan yang diungkapkan Mimin Rahmawati, warga Kelurahan Gambir Baru yang merupakan orang tua calon murid SMA N 1 Kisaran yang tidak lulus seleksi. Ia heran, bagaimana mungkin jumlah penduduk khusus angkatan SMA pada tahun ini di Kelurahan Selawan--lokasi gedung SMAN1 Kisaran berada, begitu banyak hingga 218 siswa.

Padahal, menurut dia, lokasi SMAN 1 Kisaran dikelilingi lahan perkebunan, seperti karet dan kelapa sawit serta kawasan sekolah. "Mungkin pohon karet ini pun sudah beranak, makanya banyak anak yang mau masuk di SMA satu Kisaran ini," katanya kesal.

Pada kesempatan itu, bukan hanya Melda dan Mimin yang hadir. Ada belasan orangtua lainnya yang berniat mempertanyakan soal ketidaklulusan anak mereka, di sekolah negeri tertua di Asahan itu. Namun tak satupun pihak sekolah menemui mereka.

Informasi dihimpun dari laman ppdb.disdik.sumutprov.go.id bahwa jumlah peserta didik yang lolos melalui jalur umum/zonasi sebanyak 218 peserta didik dari 610 pendaftar. Skor (meter) tertinggi 188 meter, sedangkan terendah 997 meter. Sebanyak 392 calon peserta didik yang tersisih.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMAN 1 Kisaran, Heri Gindo saat dikonfirmasi mengaku tidak mengetahui mengapa hal tersebut bisa terjadi. Menurut dia, pihaknya hanya menerima dan memverifikasi data yang dikirimkan calon peserta didik yang memilih Jalur Zonasi.

Jalur Zonasi diperuntukkan bagi peserta didik yang berdomisili di dalam wilayah zonasi yang ditetapkan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) antar 0 sampai 20 kilometer. "Kalau lulus atau tidaknya, tanya ke Kacabdis (Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kisaran/Jumadi) aja. Bukan di-kita yang menentukannya itu," katanya.

Saat dipintai data-data kependudukan para calon siswa/siswi yang lolos, Heri Hindi menolakknya. "Kalau itu, ya gak bisa-lah. Tanya ke Cabdis saja," pungkasnya.*