MEDAN-Aksi Cepat Tanggap (ACT) telah banyak melakukan pergerakan dalam bidang kemanusiaan dan sosial. Dalam memperluas jaringan penyaluran pertolongan ke daerah, ACT mengadakan diskusi bersama wartawan di Cut Dewi Kopi, Jalan Ring Road No. 17-18, Medan, Rabu (5/2/2020).

Marketing Communication ACT, Ilham Muhammad menuturkan kegiatan ini dilakukan untuk bekerjasama dengan media terhadap pemberitaan daerah yang membutuhkan penyaluran bantuan.

"Untuk kegiatan ini kita sengaja mengumpulkan media untuk meng-update peristiwa yang sedang kita hadapi di negeri kita seperti bencana banjir di Tapanuli Tengah yang sebelumnya juga terjadi di Labura," ujar Ilham.

Diskusi kali ini dihadiri oleh beberapa wartawan dari berbagai media, diantaranya, Rmol, Suara Medan, Go Sumut, Waspada Online, dan Kabar medan dengan berdiskusi mengenai perkembangan bencana atau permasalahan di Sumatra Utara yang membutuhkan saluran bantuan.

Redaktur Pelaksana GO Sumut, Tarwiyah AR menyambut baik terhadap ACT yang ingin menggandeng Media untuk bekerjasama dalam peliputan ataupun info mengenai daerah bencana ataupun daerah yang membutuhkan saluran bantuan.

"Saya pikir apa yang dibuat oleh ACT bekerjasama dengan wartawan itu bagus ya. ACT tidak hanya membantu orang Palestina saja, acara sosialnya banyak dilakukan di Indonesia khususnya di Sumut seperti banjir bandang. Jadi dari media ini kita harus sering mengekspos acara-acara sosial mudah-mudahan hati orang lain ataupun donatur dapat tergerak untuk membantu," kata Tarwiyah.

Branch Manager, Fadhli Septavianra mengungkapkan bahwa target ACT kedepannya memiliki dua program baik lokal maupun internasional. Ia menuturkan bahwa untuk program lokal, ACT berusaha untuk menyelesaikan mengenai banjir hingga pendidikan.

"Target kedepan ACT yaitu dua program utama baik lokal maupun internasional. Kalau di lokal terutama di Sumatra Utara, kita ingin menyelesaikan permasalahan banjir yang ada di Tapanuli Tengah, kemudian beras untuk santri dan sahabat guru yaitu dengan membantu guru honorer yang mungkin secara kehidupan tidak layak," pungkas Fadhli.