MEDAN - Setelah ditahan selama tiga hari di Polres Batubara, akhirnya tiga unit truk yang mengangkut puluhan ton beras tujuan Padang Lawas akhirnya dilepas.

"Dari hasil komunikasi saya, sore ini diambil truk dan berasnya. Satuan Reskrim Batubara hanya mengambil sampelnya saja," ujar Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Tatan Dirsan Atmaja, Kamis (16/1/2020) saat dihubungi melalui aplikasi WhatsApp.

Sementara itu, Lona Hasibuan (42) pedagang beras asal Gunungtua yang mengaku sudah lebih dari 20 tahun menjalani dagang beras ini mengaku heran dengan adanya penangkapan tersebut. Sebab barang tersebut bukan tindak kejahatan, seperti narkoba atau barang curian. Bahkan yang dirasakan Polres Batubara terkesan mencari-cari kesalahan.

"Pas kejadian, langsung berangkat ke Polres. Ketemu dengan jaga malam, aku minta tolong dikeluarin mobilnya. Katanya nggak bisa, karena Kapolresnya sudah tidur. tunggu besoklah katanya gitu. Pak, kasian Ia pak, minta tolonglah satu aja mobilnya, terus aku disini jaminannya, sama mobil dua lagi. Besok orang ngak makan gimana itu pak ku bilang. Mana bisa bu, gimana pun nggak bisa karena ada kesalahan," ujar Lona mengulang percakapan dengan oknum petugas melalui seluler, Kamis (16/1).

Lona pun mempertanyakan kesalahan apa yang dilakukan. Namun oknum mengatakan harus menunggu besok akan disampaikan. "Kesalahannya apa ku bilang kan, pokoknya adalah kesalahan besoklah dijelaskan apa kesalahannya," ujar Lona.

Melihat situasi tersebut tidak mendapatkan solusi dan kedatangannya sia-sia, Lona memutuskan untuk pulang. Namun, pada Selasa (14/1) sekira pukul 9 dia mendapatkan telepon dari salah satu oknum polisi.

Setelah beberapa kali berkomunikasi, oknum tersebut, lanjutnya,sekira pukul 17.00 Wib, meminta uang sebesar Rp50 juta. Namun Lona tidak bisa menyanggupi permintaan tersebut. Hingga akhirnya, armada dan juga beras tersebut masih di tahan di Polres Batubara.

Sempat terjadi negosiasi, Lona mengaku hanya mampu memberikan Rp5 juta. Oleh karenanya, dia meminta agar armada tersebut dikeluarkan. Karena dia tidak sanggup membayarnya.

"Yang penting mobil itu keluar. Mobil itu kredit itu aku nggak sanggup bayar kalau berasnya yang bermasalah ditahan. Sampai sekarang, aku nggak ditelpon lagi," ujarnya.

Lona mengaku yakin tidak melakukan kesalahan. Apalagi usaha ini sudah dijalankannya selama 20 tahun lebih. Dan dalam sepekan beras yang dipasok menuju Gunungtua mencapai 20 armada.

Dia memasok beras di empat kecamatan di Kabupaten Padang Lawas. Beras tersebut mayoritas pelanggannya masyarakat ekonomi rendah. Dengan harga jual mencapai Rp38.000 hingga Rp40.000 per tabung (1 tabung 4 Kg). Lona mengaku khawatir jika kondisi ini terus berlanjut, masyarakat akan kelaparan karena suplai kebutuhan pokok terganggu.

"Kalau di Padang Lawas, nggak ada lagi sawah, sudah dibabat semua dan menjadi sawit. Dulu beli beras ke Panti, itu pun hanya satu mobil seminggu. Nggak cukup, dari Padang Sidempuan juga sangat minim," ujarnya.

Di sisi lain, pasokan beras ini mayoritas dari Serdang Bedagai. Sedangkan daerah lainnya, tidak mampu memenuhi kebutuhan. "Ini sangat meresahkan, dan membuat kita tidak nyaman berusaha," ujar GT pemilik salah satu kilang.

Hal tidak berbeda diungkapkan Awi, pemilik kilang lainnya. Dia juga mengaku tidak nyaman. Karena ini berdampak pada pengusaha kilang. Ini sangat merugikan, dan resah. Karena konsumen atau pelanggan bisa lari.