MEDAN - Perkembangan metode pada praktik Community Development (Comdev) terus berlanjut. Untuk itu, peningkatan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa terkait perkembangan tersebut juga harus dilakukan dengan mengundang tenaga praktisi yang berpengalaman di bidang Comdev. Hal ini disampaikan Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial FISIP UMSU, Mujahiddin S.Sos MSP pada pembukaan Kuliah Umum yang mengusung tema; "Penggunaan Metode Participatory Rural Apprasial (PRA) Dalam Praktik Community Development”, Sabtu (21/12/2019).

"Untuk itu maka kita mengundang praktisi Comdev yang memiliki pengalaman praktik pada level nasional dan internasional. Sehingga perkembangan metode pada praktik Comdev bisa kita transfer langsung ke mahasiswa dari para praktisi," ungkapnya.

Sahran Saputra S.Sos M.Sos sebagai penggung jawab kegiatan kuliah umum ini dan juga dosen yang mengampu mata kuliah Community Organization and Community Development mengatakan, kegiatan ini sangat mendukung capaian pembelajaran matakuliah yakni penguasaan teori, konsep, prinsip dan metode pekerjaan sosial yang diperlukan dalam praktik Comdev.

"Dalam praktik Comdev, metode PRA sering digunakan sebagai pendekatan yang partisipatif dengan menekankan pada pengetahuan lokal dan kemampuan masyarakat untuk membuat penilaian, analisis, serta merencanakan sendiri apa yang mereka butuhkan. Pola seperti ini adalah pola yang menghargai prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat," terangnya.

Ada dua pembicara yang diundang dalam kuliah umum ini; pertama, Ridho Febrianda yang memiliki pengalaman Comdev pada program pemulihan masyarakat pasca bencana di Lombok dan Banten bersama Lembaga Kemanusiaan ACT dan pembicara kedua, Tedy Wahyudi yang memiliki pengalaman sebagai Country representative di Yayasan Mercy Relief Singapore.

Ridho Febrianda mengatakan saat melakukkan assessment, seorang pekerja sosial harus sadar akan perannya sebagai katalisator.

"Jadi dalam melakukan assessment dengan metode PRA, pekerja sosial harus mampu berperan sebagai katalisator sehingga memungkinkan masyarakat dampingan untuk dapat meningkatkan kualitas hidupnya," ujarnya.

Hal senada disampaikan Tedy Wahyudi, sebagai praktisi pekerja sosial internasional, ia memandang bahwa pekerja sosial bukanlah superhero yang mampu mengatasi permasalahan sosial yang ada pada masyarakat. Untuk itu dibutuhkan pola-pola yang partisipatif dengan masyarakat pada saat melakukan tugas pekerjaan sosial.

“Logika tidak akan ada tanpa data, dan data tidak akan muncul tanpa assessment tools yang tepat”.

Dalam kuliah tamu ini, Tedy juga mengenalkan metode Participatory Learning and Action (PLA) sebagai metode lanjutan dari PRA. Metode assessment ini yang selalu ia pakai dalam praktik pengembangan masyarakat ketika bekerja sebagai Country representative di Yayasan Mercy Relief Singapore.

Metode PLA ini memang menjadi metode standart assessment yang dipakai oleh lembaga-lembaga kemanusiaan international, termasuk lembaga kemanusiaan dibawah naungan PBB. (*)