MEDAN- Libur Natal dan Tahun Baru 2020 ini, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumatera Utara (Sumut) memprediksi tingkat okupansi (hunian) hotel akan mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu.

"Sebab sampai sekarang okupansi hotel masih di angka 50-an persen. Bila dibandingkan tahun lalu pada masa sekarang okupansi hotel sudah mencapai 80 persen. Itu artinya, okupansi hotel akan lebih sepi sekitar 30 persen selama libur Natal dan Tahun Baru 2020 ini," katanya pada wartawan, Minggu (22/12/2019).

Denny mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan kondisi ini terjadi. Namun menurut dia faktor yang paling utama adalah karena tingginya harga tiket pesawat.

Selain mengurungkan rencana bepergian, mahalnya harga tiket pesawat juga mendorong wisatawan untuk memilih berlibur ke luar negeri, khususnya ke negara-negara tetangga.

Malah, saking turunnya okupansi, banyak kalangan hotel membuat paket menginap yang ditujukan bagi tamu dari Medan dan sekitarnya.

Dalam suasana yang sama pada tahun lalu, jumlah tamu hotel antara yang berasal dari luar dengan dalam kota, relatif sama banyak. Dan umumnya mereka sudah memesan (reservasi) kamar jauh hari sebelumnya.

Mereka melakukan reservasi kamar karena sudah memesan tiket pesawat juga jauh hari sebelumnya, sebab lebih murah. Namun saat ini harga tiket pesawat sama saja, baik dipesan jauh hari maupun "last minute".

Karena itu pula dia meyakini penghuni hotel akan didominasi tamu dari dalam kota pada suasana peak season libur Natal dan Tahun Baru kali ini.

Namun, ancaman penurunan okupansi tersebut tidak membuat kalangan hotel "perang harga". Itu karena mayoritas dari mereka sudah memiliki segmen dan tamu reguler masing-masing.

Dalam menghadapi libur Natal dan Tahun Baru biasanya kalangan perhotelan membuat paket menginap untuk lebih menarik tamu. Itu karena momen ini tergolong peak season. Yakni masa ketika banyak orang bepergian dan biaya transportasi dan akomodasi biasanya berada pada titik paling tinggi.*