SERGAI - Tim Kerja Sama Penelitian antara GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) melalui Cabang Sumatera Utara dengan Paya Pinang Group (perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan dan pabrik kelapa sawit dan karet) melakukan penelitian penanaman Sorgum sebagai tanaman sela diantara peremajaan kelapa sawit.

Setelah berlangsung sekitar enam bulan, pada Kamis (19/12/2019), melakukan panen perdana. Tumbuh suburnya tanaman Sorgum berdampingan dengan sawit membuktikan bahwa produk komoditas unggulan Indonesia tersebut sangat akrab terhadap lingkungan. Sekaligus menepis 'black campaign' terhadap kelapa sawit di Indonesia.

Suksesnya panen perdana di areal perkebunan sawit Paya Pinang Group yang terletak di Desa Laut Tador Kecamatan Tebingsyahbandar Kabupaten Serdangbedagai (Sergai) tidak terlepas dari dukungan GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Cabang Sumatera Utara (Sumut) yang mendorong perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit mendukung program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang dicanangkan oleh Presiden RI, Joko Widodo.

Panen perdana Sorgum dilakukan Dirjen Perlindungan Tanaman Kemen Pertanian Edy Heriyawan, Direktur Utama Paya Pinang Group Kacuk Sumarto, Ketua Umum GAPKI Joko Supriyono, Dewan Pengawas BPDPKS Rusman Haryawan, Perwakilan Gubernur Sumut dan Bupati Sergai Soekirman.

Direktur Utama Paya Pinang Group Kacuk Sumarto mengatakan, Sorgum merupakan jenis tanaman yang layak ekonomis yang mempunyai karakter mudah tumbuh dan tidak memerlukan perawatan secara khusus.

"Sorgum cocok sebagai tanaman sela dalam peremajaan sawit rakyat (PSR), karena mempunyai masa panen yang singkat, dalam tempo sekitar 4 bulan sudah bisa panen, dan sekali tanam bisa untuk tiga kali panen selama satu tahun, dan hal ini bisa dilakukan sampai dengan tanaman sawit bisa menghasilkan, yaitu selama tiga tahun, meskipun luasan tanaman Sorgum harus dikurangi. Hasil dari tanam Sorgum ini bisa mendukung ketahanan pangan pada masa replanting dan sebagai tambahan biaya perawatan sawit yang ditanam," kata Kacuk.

Hasil Sorgum yang bisa diperoleh untuk tingkat petani adalah bijih sorgum, tepung sorgum, air nira sorgum, gula nira sorgum, biomasa pakan ternak atau arang bricket.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Tim Kerja Sama Penelitian ini, serta dari berbagai sumber dari Kementerian Pertanian, satu hektar sawit akan diperoleh gabah kering panen sorgum antara 15 - 18 ton / hektar / tahun. Gabah kering giling/sosoh 6 - 9 ton dari malainya. Sementara batang dan daun sorgum dapat dihasilkan adalah 100 - 120 ton/ha/tahun; ekstrak Nira Sorgum dihasilkan antara 25 - 30 ton/ha/tahun yang kemudian bisa diproses menjadi Gula Sorgum dengan hasil sejumlah 3-5 ton/ha/tahun.

Masih ada lagi hasil disamping yang disebut diatas, yaitu ampas batang yang sudah diambil niranya beserta daun dapat dipakai sebagai pakan ternak sejumlah 80-100 ton.

"Selain itu, turunan Sorgum bisa diimplementasikan menjadi bioetanol. Hasilnya sebanyak 2-3 ton/ha/tahun dengan oktan 140 - 145, yang menjadikan Sorgum sebagai energi alternatif terbarukan," jelasnya.

Hal yang tidak terduga sebelumnya, bahwa dari penelitian tanah yang dilakukan sebelum dan sesudah tanam, menunjukkan bahwa bilangan mikoriza dan tricoderma yang terkandung di dalam tanah meningkat sangat banyak, sehingga dapat sementara disimpulkan bahwa penanaman sorgum ini sekaligus merupakan upaya untuk menahan atau mengurangi dampak serangan Ganoderma terhadap tanaman kelapa sawit. Seperti diketahui bahwa Ganoderma merupakan momok bagi pengusahaan kelapa sawit yang samapi saat sekarang belum ada obatnya.

Sementara itu, Dirjen Perlindungan Tanaman Kemen Pertanian Edy Heriyawan mengapresiasikan program penanaman Sorgum di sela perkebunan kelapa sawit yang dilakukan Tim Kerja Sama Penelitian ini di perkebunan Paya Pinang Group.

"Yang dilakukan Tim Kerja Sama ini di Kebun Paya Pinang Group merupakan contoh kongkrit perusahaan yang merelakan lahan yang sedang di-replainting untuk ditanam tanaman pangan, seperti Sorgum. Diharapkan, GAPKI dapat mendorong perusahaan-perusahaan perkebunan sawit yang sedang masuki masa replainting untuk melakukan langkah yang sama guna mendukung program Peremajaan Sawit Rakyat," mintanya.

Rusman Haryawan selaku Dewan Pengawas BPDPKS mengungkapkan, panen Sorgum pernah dilakukan di Bantul, namun kelangsungan Sorgum tidak bertahan lama karena ketiadaan pembangunan sistem yang baik oleh pemerintah daerah.

Tapi, lanjutnya, hal yang dilakukan di perkebunan Paya Pinang Group dengan model integritas Sorgum berdampingan dengan sawit harus dipertahankan dan dikembangkan lebih lanjut.

"Sorgum dapat dijadikan alternatif pangan dan energi. Jangan berhenti mengembangkan model integritas Sorgum dengan kelapa sawit," sebutnya.

Sementara itu, Bupati Soekirman mengucapkan terimakasih kepada GAPKI yang telah 'mengibarkan' Sergai secara berkesinambungan. "Saya siap mencanangkan Sergai sebagai Kabupaten Sorgum. Ini adalah bentuk komitmen dan dukungan Sergai terhadap kesuksesan program PSR yang dicanangkan Presiden Jokowi," ujarnya.

Gubernur Sumut yang diwakili Kadis Pertanian dan Hortikultura Dahler mengatakan, Sorgum merupakan salah sumber pangan kebutuhan bagi industri pangan. "Tingginya kebutuhan Sorgum menjadi peluang bagi pengembangannya. Hal ini harus disegerakan, dengan menggerakan penanaman Sorgum yang sangat cocok ditanam di lahan kering dan cocok berdampingan dengan tanaman perkebunan," ucapnya.*