MEDAN-Tenaga medis untuk demo. Lazim panitia untuk hampir semua kegiatan massif pada instansi tertenu mengalokasikan budget khusus untuk tim medis.

Padahal misalnya cuma gerak jalan dengan jarak tertentu yang tak begitu jauh.

Tenaga medis disiagakan, berikut peralatan termasuk ambulance, rumah sakit rujukan pun lazimnýa sudah siaga.

Hal tersebut dikatakan Akademisi Sosial Politik dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Shohibul Anshor Siregar menjawab GoSumut, Rabu, (25/92019).

Diungkapkannya, di arena demo besar-besaran seperti yang terjadi hari-hari ini sangat potensil terjadi bentrok, dan pemberitaan media sudah membuktikan itu. ”Korban bisa dari pendemo dan pihak keamanan atau bahkan pihak lain di luarnya. Atas nama kemanusiaan negara harus hadir. Jangan ikut-ikutan perpihak politik dalam hal seperti ini,” ungkap Shohib.

Lebih lanjut dijelaskan Ketua Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPD-IMM) Sumatera Utara periode 1986-1988 ini, sesiapa pun, mahasiswa, buruh dan komponen masyarakat lainnya yang berencana demo mestinya tak hanya memberi tahu secara resmi kepada pihak keamanan.

Sama pentingnya memberitahu kepada pihak medis dalam tubuh pemerintahan agar pihak ini siaga di lapangan. “Di sini UU (Undang-undang) yang ada masih lemah. Ada kekosongan kemanusiaan. Belum berfikir komprehensif,” jelasnya.

Di arena perang pun, kata Shohib, siapa yang berstatus lawan dan siapa yang berstatus kawan tidak begitu diindahkan oleh pasukan medis. “Karena tugas mereka untuk kemanusiaan,” pungkas Koordinator Umum Pengembangan Basis Sosial Inisiatif & Swadaya (‘nBASIS) ini.