MEDAN-Ind Police Watch (IPW) mengapresiasi Polri dan TNI dalam mengendalikan keamanan pada kerusuhan di sejumlah kota di Papua.

Namun, diharapkan Patroli Siber.com yang baru dilaunching Kabareskrim Polri, Komjen Idham Azis beberapa waktu lalu diharapkan dapat segera memburu dan menangkap para provokator Siber, pemilik akun sosial dan pihak-pihak yang memprovokasi hingga meletusnya kerusuhan di Papua, terutama di Manokwari. “Dalam mengendalikan kerusuhan di Papua, jajaran TNI-Polri tampak begitu sabar, profesional, proporsional, dan tidak terpancing, sehingga amuk massa bisa mereda tanpa adanya konflik dengan aparat,” ujar Ketua Presidium IPW, Neta S Pane dalam siaran persnya, Jumat, (23/8/2019).

Meski kerusuhan sudah mereda, IPW berharap para pemilik akun sosial yang menjadi provokator kerusuhan ini harus segera diciduk. “IPW yakin bahwa Direktorat Cyber Crime yang mengelola Patroli Siber.com mampu memburu akun sosial yang memprovokasi kerusuhan itu. Sebab Direktorat Cyber Crime sudah dilengkapi dengan sejumlah peralatan canggih dan aparatur yang bekerja 24 jam untuk melakukan patroli cyber. Di era kampanye Pilpres 2019, patroli cyber ini berhasil memburu dan menangkap sejumlah pihak yang menyebar konten hoaks yang meresahkan masyarakat,” harapnya.

Selain itu, Neta menerangkan, dengan diluncurkannya Patroli Siber com tentu akan lebih mudah lagi bagi Direktorat Cyber Crime untuk memburu pelaku hoaks karena masyarakat yang dirugikan maupun masyarakat korban hoaks bisa langsung melapor ke Cyber Crime. “Sebab bisa saja para provokator Siber itu bukan berada di Papua, tapi berada di luar Papua,” terangnya.

Untuk itu, Neta meminta Direktorat Cyber Crime perlu segera membuktikan kemampuannya untuk memburu dan menangkap pelaku dan penyebar akun sosial yang memprovokasi kerusuhan Manokwari dan kota lain di Papua. “Sehingga Polres Manokwari dan Polda Papua Barat bisa segera memproses para provokator dan pelaku kerusuhan tersebut, untuk kemudian membawanya ke pengadilan,” pintanya.

Di era digital sekarang ini, Neta memaparkan, peran Direktorat Cyber Crime menjadi sangat vital dan strategis dalam menjaga keamanan.

Sebab kejahatan dan kerusuhan massal bisa ‘diremot’ dari jarak jauh, dengan teknologi dan akun sosial, seperti kerusuhan di Manokwari. “Untuk itu, Cyber Crime dengan patroli sibernya tentunya tidak hanya sekadar berpatroli, lebih dari itu harus aktif juga melakukan tindakan deteksi dan antisipasi dini secara digital. Jika dalam patroli sibernya mereka mencium ada gejala provokasi yang bisa memicu kerusuhan massa, seperti di Manokwari seharusnya, Patroli Siber bisa segera bertindak dan berkordinasi dengan jajaran lain agar akun sosial yang memprovokasi itu bisa segera diblokir dan pemiliknya ditangkap, sehingga kerusuhan massal tidak meledak. Dan ini sesuai dengan fungsi Polri yang senantiasa bertindak preventif dan preemtif,” paparnya.

Patroli siber, kata Neta, harus menjadi langkah yang luar biasa untuk mengantisipasi keamanan di era digital. “Sehingga Cyber Crime di tahap awal, setiap tiga bulan perlu membuat data dan evaluasi, tentang berapa pengaduan yang masuk dan berapa pengaduan yang dituntaskan serta berapa banyak deteksi dini yang telah dan apa kendala penuntasan, agar publik bisa melihat progres patroli siber yang sudah dilakukan Polri, terutama dalam memburu para provokator digital dalam kerusuhan di sejumlah kota di Papua,” pungkas Neta S Pane.