JAKARTA - Ketua umum Satria Gerindra, Moh. Nizar zahro menjelaskan soal perbincangan "Peopel Power" yang beberapa hari ini seakan tidak mengenal kata basi dan terus mengisi ruang publik, baik publik akademisi, aktivis maupun praktisi-politisi.

"Awal menjadi menarik pembahasan tentang people power tersebut yaitu bermula dari pernyataan tokoh reformasi, Bapak Amin Rais kaitan dengan Pemilu 2019 yang apabila terjadi kecurangan maka bukan tidak mungkin akan muncul gerakan yang mengarah kepada people power," jelas Nizar Zahro kepada GoNews.co, melalui siaran persnya, Senin (8/4/2019) malam.

Pernyataan Amin Rais ini kata Nizar, sebenarnya mempunyai makna sederhana dan tidak seheboh tanggapan beberapa tokoh politik, yaitu hanya sebagai warning betapa pentingnya kejujuran dan transparansi pelaksanaan pemilu tersebut sehingga hasilnya harus diterima semua kontestan.

"Apa sebenarnya makna people power dimaksud? Makna yang dipahami tentang people power adalah penggulingan kekuasaan secara paksa oleh rakyat yang turun ke jalan melalui demonstrasi dengan alasan penguasa telah melanggar konstitusi," ujarnya.

Makna ini kata dia, mungkin tidak mewakili dari sekian makna yang diberikan oleh para pakar bahasa atau praktisi gerakan, namun setidaknya dengan makna ini ada poin penting yang dapat dipahami ialah soal penguasa yang dapat lengser karena memuncaknya rasa tidak percaya rakyat terhadap kinerjanya selama menjalankan mandatnya.

"Dan dalam negara yang menganut sistem demokrasi sangat mungkin hal ini terjadi, karena hakikat demokrasi itu, dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat," tukasnya.

Lalu apa kaitan kampanye 02 dengan people power? Kata politisi asal Madura ini, kampanye 02 yang dilaksanakan pada hari minggu 07 April 2019 bertempat di Gelora Bung Karno sungguh membuat semua orang tercengang karena jumlah massa yang super padat.

Dan tidak berlebihan kata dia, sekiranya ada yang mengatakan, kampanye tersebut adalah kampanye paling besar sepanjang pagelaran pemilu sejak pasca reformasi.

Hal ini ditandai dengan jumlah peserta atau massa yang memadati GBK dan animo peserta yang datang dengan sendirinya untuk bersama-sama mendengarkan pidato Bapak Prabowo Subiato.

"Animo ini tentu tidak bisa hanya dilihat sebagai bentuk munculnya hasrat rakyat untuk memenangkan Prabowo-Sandi sebagai Capres dan Cawapres sebagai penyelenggara kampanye, tetapi kondisi ini juga berkaitan dengan keberadaan penguasa yang dianggapnya sudah tidak memihak kepada rakyat," urainya.

"Kebijakannya juga telah dinilai jauh dari harapan rakyat yang menginginkan perubahan, baik perubahan di sektor ekonomi, penegakan hukum dan lain sebagainya".

Dahsyatnya massa kampanye 02 ini kata dia, juga menunjukkan betapa perubahan tentang seorang pemimpin dalam hal ini Presiden adalah hal yang sangat dinanti.

"Hanya saja mereka lebih memih dengan cara konstitusional yaitu melalui proses Pemilihan Umum (Pemilu) dari pada dengan cara makna dari people power di atas, yakni turun ke jalan dengan cara memaksa Presiden untuk melepaskan jabatannya. Dan inilah yang dimaksud penulis kampanye 02 berasa people power," pungkasnya.***