TOBASA-Tingginya intensitas curah hujan di akhir tahun 2018 mulai Juli hingga Desember 2018 mengakibatkan beberapa desa mengalami bencana longsor dan bencana tanggul sungai pecah.

Salah satu tanggul sungai yang ada di Desa Siantar Tongatonga 2 (STT 2) tepatnya tanggul sungai (Binanga) Aek Sigordang tepatnya di lokasi persawahan Hauma Jaean lahan milik warga desa setempat dan 2 desa tetangganya jadi jebol dan membanjiri persawahan dan ditutupi pasir sungai yang dibawa oleh arus banjiran sungai.

Pecahnya tanggul pada Hari Senin malam,(17/12/2018) mengingat sebelumnya tanggul sudah pernah pecah dan menelan korban jiwa warga desa setempat pada 5/11-2018, seorang balita berusia 3 bulan anak dari pasangan suami istri Hotner Mangunsong/boru simamora.

Atas kejadian pecahnya tanggul seluruh warga yang dibantu pihak BPBD Kab.Tobasa dan Dinas PUPR Kab.Tobasa bergotong royong bersama dengan warga desa setempat menutup tanggul dengan bantuan karung plastik dari Pemkab Tobasa yang diisi dengan pasir dan selanjutnya dijajajar oleh warga desa dengan pagar bambu.

Senin malam (17/12/2018) sungai (Binanga) Aek Sigordang desa Siantar Tongatonga 1 kembali meluap mengakibatkan tanggul yang sudah berhasil ditutup sebelumnya jebol kembali, akibatnya merendam puluhan Hektar lahan persawahan milik warga 3 desa (Desa Siantar Tongatonga I, II dan II) Kec.Siantar Narumonda.

Informasi yang berhasil dihimpun GoSumut dari beberapa warga Desa Siantar Tongatonga Sabtu(22/12/2018) Pecahnya Tanggul kembali ditengarai karena ruas aliran air sungai yang sudah semakin menyempit dan di tumbuhi oleh semak belukar dan bambu berduri.

"Hal tersebut membuat arus sungai tidak lancar mengalir mengakibatkan air sungai kembali menghantam tanggul yang baru di perbaiki dan pecah dengan membawa puluhan ton pasir menutupi lahan persahawan milik warga 3 Desa setempat,"ungkap Jaga Samosir (63) warga desa Siantar Tongatonga II.

Pada kejadian yang pertama pemkab Tobasa melalui dinas PUPR Bidang Peralatan telah memberikan bantuan alat berat untuk memperbaiki lokasi tanggul yang pecah.Tetapi karena adanya kejadian Bencana alam longsor di desa Halado Kec.Pintupohan Meranti yang menelan korban jiwa tertimbun bencana material longsoran gunung dan alat tersebut ditarik untuk membantu kejadian di Desa Halado.

Kepala Desa Siantar Tongatonga 1 Sangapan Marpaung mengatakan, warga desanya dan warga 2 desa tetangga (Desa Siantar Tongatonga 1 dan 2) berharap kepada Pemkab Tobasa supaya secepatnya memberikan bantuan alat berat untuk menutup tanggul yang pecah dan sekaligus untuk melakukan normalisasi saluran sungai supaya debit air lancar mengalir dari hilir hingga ke hulu sungai dan tentunya untuk menghindari kejadian bencana selanjutnya.

"Kami sangat berharap Pemkab Tobasa melalui Dinas PUPR agar sesegera mungkin mengirmkan bantuan alat berat untuk membantu kami menutup tanggul yang pecah tersebut, supaya warga desa jangan sampai gagal tanam mengingat musim tanam padi pada awal Januari 2019 sudah dekat,"imbuhnya.

Camat Siantar Narumonda Pintor Pangaribuan,SH via telepon seluler saat dikonfirmasi menjelaskan, untuk mengatasi kejadian tanggul sungai pecah ia menghimbau agar seluruh warga ke 3 desa untuk melakukan gotongroyong massal. "Hal ini untuk mengantisipasi gagal tanam di awal januari 2019," jelasnya.*