JAKARTA - Sekitar pukul 10 pagi pada Senin (8/10), komunitas disabilitas rungu wicara Jabodetabek berbondong menghampiri ticket box di pintu 5 Gelora Bung Karno. Mereka berniat untuk menonton berbagai pertandingan Asian Para Games ke-3. Kemudian disusul penyandang disabilitas daksa dari India yang sengaja ke Jakarta untuk menyaksikan kehebatan atlet dari negara asal nya bertanding. Cahaya terik yang mengundang peluh justru tak menyurutkan hasrat mereka menjelajahi GBK dan meramaikan acara olahraga disabilitas terbesar se-Asia ini. Para pengunjung bisa saja kebingungan bila tidak ada peran dari para volunteer yang selalu siap untuk membantu setiap pengunjung.

Di antaranya ialah Annisa Darmawati. Ia merupakan tenaga profesional dari Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Intelektual Ciung Wanara Cibinong di Kabupaten Bogor yang secara sukarela turun untuk mendampingi pengunjung disabilitas. Bersama Zulnely Feriyani dari Bekasi dan Sherly Natania dari Jakarta Timur, ia mendedikasikan diri dan membimbing pengunjung dengan sabar dari pagi sampai malam di pintu 5.

Trio ini ditunjuk Kementerian Sosial Republik Indonesia yang bekerja sama dengan INAPGOC untuk menjadi volunteer supervisor sekaligus bagi para pengunjung disabilitas. Annisa merupakan supervisor untuk disabilitas intelektual, Sherly untuk disabilitas rungu wicara, dan Zulnely untuk disabilitas netra. Hal ini dilakukan sebagai upaya identifikasi para penyandang disabilitas.

"Diturunkan karena kita lebih tahu karakteristik disabilitas, untuk memastikan hak disabilitas memang tepat sasaran," ungkap Sherly.

Annisa sendiri baru pertama kali turun sebagai supervisor dan langsung melayani pengunjung disabilitas pada helatan Asian Para Games 2018. "Ini pertama kalinya, dan saya tak menyangka jadi bagian acara sebesar ini," ujar Annisa bangga.

Ia menjelaskan lebih banyak memori bahagia yang terasa ketimbang duka. Bertemu teman-teman volunteer dan pengunjung disabilitas dan non-disabilitas dari berbagai negara menjadi momen yang paling berkesan baginya.

Bahkan ia sempat berbincang dan membimbing penyandang tunanetra dari Yogyakarta yang datang sendirian. Mulanya tampak tidak ada yang berbeda ketika membeli tiket untuk umum. Dengan memakai kacamata hitam orang tersebut menghampiri ticket box. Ketika ditanya mengenai kondisinya, barulah orang itu mengaku bahwa dirinya tunanetra.

"Meski begitu dia tetap mau membeli tiket untuk umum, tidak mau yang gratis. Bukti bahwa dia benar-benar ingin mendukung Asian Para Games," tutur Annisa terenyuh.

Selain Annisa, Zulnely, dan Sherly, ada ratusan relawan profesional lain yang diutus oleh Kemensos RI yang tersebar di seluruh venue Asian Para Games 2018. Merekalah pahlawan sejati yang tanpa pamrih "meminjamkan" tenaga, pikiran, dan hati untuk kawan-kawan disabilitas. ***