JAKARTA - Kondisi para pengungsi di berbagai titik tenda-tenda pengungsian Kota Palu sangat memprihatinkan. Berbagai kerusakan rumah dan bangunan nampak di berbagai tempat, ditambah rusaknya jalan, retak dan belum bisa dilintasi. Malam hari Kota Palu terasa mencekam, selain masih minimnya keamanan, ancaman penjarahan masih menghantui para pemilik usaha yang terpaksa meninggalkan tempat usaha mereka.

Beruntung ada pasukan TNI dan Polri terlihat berpatroli. Beberapa orang pasukan TNI berjalan tegap, dengan senjata lengkap mengamankan salah suatu jalur panjang jalan trans Sulawesi yang menghubungkan Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah.

Terutama malam hari pasukan TNI berkeliling berjalan kaki, mengantisipasi jika terjadi penjarahan terhadap toko-toko dan tempat usaha lainnya pada malam hari yang gelap gulita, lantaran aliran listrik di Kota Palu dan Kabupaten Donggala masih lumpuh total.

Sebagaian warga yang menempati rumah mereka dan para pengungsi di berbagai tenda pengungsian, menggunakan lampu minyak tanah, lilin dan sangat sedikit yang terlihat menggunakan genset. Hal ini disebabkan bensin dan solar masih sangat langka.

Sapri (40) satu diantara banyaknya para pengungsi mengeluhkan belum adanya dapur umum dan fisilitas air bersih dari pemerintah, selain bantuan bersifat sementara lainnya di tempat pengungsian.

"Kami sangat mengharapkan bantuan adanya dapur umum dari pemerintah dan fasilitas air bersih," ujarnya kepada wartawan di lokasi, Rabu (5/10/2018) malam.

Sapri bersama ratusan para pengungsi di salah satu lokasi pengungsian di Kota Palu mengaku bersyukur dengan adanya bantuan dari para Wartawan Parlemen, dan menyampaikan agar para anggota DPR datang menemui mereka dengan membawa bantuan.

"Terima kasih ini sudah diberi bantuan berupa mie instan, susu, air mineral, roti, wafer dan santunan lainnya. Kalau boleh, tolong sampaikan ke anggota-anggota DPR agar datang kemari memberi bantuan," harapnya.

Warga Kota Palu Utara Km 15 ini bersama warga lainnya mengaku masih akan berada di tenda pengungsian, hingga pemerintah membantu perbaikan rumah-rumah mereka yang roboh.

"Rumah saya sudah rata dengan tanah, tolong kami. Tenda saya juga bocor," keluh seorang ibu pengungsi memotong pembicaraan.***