JAKARTA - Ketua DPR RI Bambang Soesatyo menyesalkan Indonesia sudah tidak memiliki lagi alat pendeteksi gelombang pasang dan tsunami (buoy). Pasalnya, 22 buoy yang tersebar di seluruh perairan Indonesia sudah tidak berfungsi karena mengalami kerusakan total.

Bahkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan kerusakan buoy sudah terjadi sejak tahun 2012.

"Buoy merupakan sistem pelampung yang diletakkan di tengah laut untuk mendeteksi gelombang pasang dan tsunami. Buoy merupakan salah satu opsi teknologi pendeteksi dini tercepat atas peluang terjadinya tsunami di wilayah Indonesia," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (30/9).

Karenanya, Ketua DPR RI meminta pemerintah melalui Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sebagai lembaga yang bertanggungjawab terhadap pengadaan buoy, untuk segera mengadakan kembali buoy yang baru sebagai upaya dalam mengganti buoy yang rusak. "Pemasangan kembali buoy di seluruh perairan Indonesia sangatlah mendesak. Terutama, di daerah yang sering terjadi gelombang besar ataupun daerah rawan tsunami," ujarnya.

Ketua DPR juga meminta Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk tetap memanfaatkan modelling tsunami yang berfungsi memberikan informasi peringatan dini (early warning) tsunami.

"Modelling tsunami ini berguna dalam mensupport Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) agar dapat memberikan rasa aman dan waspada kepada masyarakat terhadap ancaman tsunami," jelas Bamsoet.

Melalui Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, selaku pimpinan DPR akan memberikan dukungan kepada BNPB dan BPPT dalam penyusunan anggaran, baik untuk pengadaan buoy maupun anggaran pendanaan bencana yang tentunya sangat berpengaruh terhadap upaya mitigasi bencana.***