JAKARTA - Reaksi Menteri Pertanian atas keluhan harga bawang yang rendah dianggap tak terukur da nasal bunyi. Apalagi sesumbar ekspor harus diikuti dengan policy, bukan hanya sekedar mengatakan "akan ekspor". Hal ini diungkapkan Anggota DPD RI sekaligus Anggota MPR RI Nofi Chandra, Kamis (26/9/2018).

"Jika memang serius ingin membantu petani dengan memperjuangkan harga yang layak, maka Mentan harus serius pula memperjuangkan agar bawang dalam negeri dapat tempat di pasar dunia," ujarnya.

Tapi sampai hari ini kata dia, justeru tak terdengar Mentan meminta Bulog atau BUMN sejenis untuk menyerab bawang petani dengan harga yang pantas. Tidak ada pula terdengar Mentan berkoordinasi dengan kementerian perdagangan soal rencana aksi ekspor bawang petani.

"Saya menduga, karena absennya policy yang berpihak, menempatkan petani bawang pada posisi yang sulit. Saat pasokan kurang, petani dimotivasi untuk menanam bawang sebanyak-banyaknya. Tapi saat produksi melimpah, harga anjlok, pemerintah justru kebingungan," paparnya.

Dengan demikian kata dia, semua jadi serba salah. "Yang dibutuhkan petani bawang adalah kebijakan nyata yang berpihak, bukan melulu janji. Kebijakan tersebut yang ditunggu, solusi dari mentan terkait masalah produksi melimpah dan harga yang anjlok ini apa? Itu yang ditunggu petani. Jika memang harus ekspor, langkah selanjutnya apa?  Jangan hanya bilang ekspor,  tapi langkah-langkah untuk itu tak ada, gimana mau ekspor," pungkasnya.

Sebelumnya, Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengaku kalau pihaknya juga mendapat keluhan dari banyak petani bawang merah di beberapa daerah, seperti Brebes dan Solok. Para petani tadi, kisah Amran, meminta agar Kementerian Pertanian turut turun tangan menahan anjloknya harga bawang merah yang saat ini hanya dibanderol Rp 7.000-8.000 per kg.

"Sekarang produksi bawang merah sedang banyak, harganya sampai anjlok. Tembus Rp 8.000 per kg di tingkat petani. Ada yang mengeluh pada saya karena hal ini," katanya, Rabu (26/9).

Ekspor dikatakan dia menjadi salah satu pilihan yang bisa dilakukan untuk mengatasi persoalan ini. Sehingga diharapkan harga bawang merah di tingkat petani mampu terkerek naik.

"Ekspor memang jadi salah satu caranya. Kalau ke pasar kan harganya juga segitu aja. Dengan ekspor, kelebihan produksi dalam negeri kita bisa diatasi,” imbuhnya.

Selain itu, Amran juga meminta para importir agar menyerap bawang merah petani di saat produksi sedang banyak seperti sekarang. Para importir juga diminta untuk lebih mengutamakan bawang merah dari dalam negeri ketimbang dari negara lain.

 "Saya minta tolong kepada para importir untuk serap bawang merah petani lokal kita. Tadi ada yang datang ke kantor ngeluh soal harga bawang merah turun karena kelebihan produksi. Serap dong, jangan saat paceklik, tidak ada stok bawang merah, baru ramai-ramai impor," tutupnya.***