JAKARTA - Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (Cak Imin) satu-satunya dari lima nama kandidat calon wakil presiden (Cawapres) yang disebut Presiden Jokowi untuk Pilpres 2019.

Apa yang membuat Jokowi menyebut nama Cak Imin?

Pengamat politik yang juga Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said Salahudin mengatakan, penyebutan nama Cak Imin sebagai bentuk keberhasilan dalam memainkan tiga strategi cantik yang dimainkan dalam memepengaruhi Jokowi.

"Pertama, melalui pengajuan syarat dukungan. Sejak jauh-jauh hari Muhaimin dan elit partainya gencar melempar jargon: "PKB akan mendukung Jokowi jika Muhaimin yang menjadi cawapresnya". Jargon itu terbukti efektif," kata Said, Selasa (17/7/2018) di Jakarta.

Menurutnya, Jokowi dan parpol pendukung yang lain ternyata berhasil dibuat `ketar-ketir` oleh siasat dan menuver politik Cak Imin dan PKB tersebut. "Sebab jika syarat itu tidak dipenuhi, maka jika dibaca secara 'a contrario' itu artinya ada kemungkinan PKB akan mendukung capres yang lain. Ini tentu tidak diharapkan oleh Jokowi," katanya.

Strategi Kedua, kata Said, melalui taktik penetrasi. Dimana, Cak Imin dan PKB mencoba menekan Jokowi dengan cara menembus lingkaran oposisi. Hal ini dilakukan dalam rangka menaikkan posisi tawar PKB dan Cak Imin dihadapan Jokowi.

"Komunikasi politik yang cukup intensif dilakukan Muhaimin dan elit PKB dengan kelompok `oposisi`. Ketika proses negosiasi dengan kubu petahana sedang berjalan, pada saat yang sama Muhaimin dan elit PKB juga melakukan pembicaraan dengan kubu SBY untuk menjajaki peluang poros ketiga, termasuk dengan kubu Prabowo Subianto," jelas Said.

Bahkan, kata Said, Cak Imin cukup sering menyebut nama Prabowo dengan melontarkan jargon Prabowo hanya bisa menang jika Muhaimin yang jadi cawapresnya. "Bagi Jokowi, jargon semacam itu menunjukan PKB tidak main-main dengan opsi untuk bergabung ke kubu `oposisi` jika syarat cawapres yang diminta oleh Muhaimin tidak dipenuhi. Jadi pikir Jokowi, ini bukan sekedar siasat `gertak sambal` PKB," terangnya.

"Jargon 'Jokowi hanya bisa menang jika cawapresnya Cak Imin' yang serupa dengan seruan PKB kepada kubu Prabowo menjadi strategi Muhaimin yang ketiga," lanjut Said.

Nah, kata Said, jargon itu seperti berhasil membuat Jokowi berpikir keras dan membuat semacam kalkulasi. Diketahui, pada Pilpres 2014 silam, Jokowi menang sekitar delapan juta suara atas Prabowo. Di dalam angka delapan juta itu ada suara PKB yang meraih 11 jutaan suara di Pileg 2014. "Jadi jika PKB keluar dari koalisi, maka suara nahdliyin yang menjadi basis suara PKB dikhawatirkan dapat memperkecil peluang Jokowi untuk memimpin di periode kedua," kata Said.

"Lebih dari itu, jika syarat cawapres yang diminta PKB tidak diakomodir, maka peta koalisi Jokowi akan sangat minim dukungan umat Islam. Praktis hanya akan ada PPP di sana. Itu jelas tidak menguntungkan bagi Jokowi," tegasnya.

Sebelumnya, Presiden Jokowi bersama Cak Imin tampak mesra di Jaka Baring, Palembang, Sabtu (14/7). Dalam suasana kemesraan itu, Jokowi menyebut, Cak Imin salah satu nama sebagai Cawapres yang berada dikantongnya untuk Pilpres 2019mendatang.

"Jadi saya sudah sampaikan bahwa nama itu sudah ada di saku saya. Saya harus omong apa adanya, salah satu nama itu adalah Pak Muhaimin Iskandar," kata Jokowi, di kawasan Jakabaring Sport City, Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu (14/7).***