JAKARTA - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Ferry Juliantono menyoroti perbedaan elektabilitas dari hasil penghitungan beberapa lembaga survei sebelum pelaksaan Pilkada Serentak 2018.

Menurutnya, prediksi lembaga survei terlalu meleset dari hasil penghitungan real setelah pencoblosan.

"Jadi margin of error terjadi di Jawa Barat dan Jawa Tengah saya ingin sampaikan di Jawa Barat ini lembaga survei rata-rata menempatkan Sudrajat-Syaikhu paling tinggi tujuh persen," kata Ferry dalam sebuah diskusi bertajuk 'Pilkada, Kotak Kosong dan Pilpres' di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (30/6).

"Saya ingin bertanya ini kenapa hanya terjadi di Jawa Barat dan Jawa Tengah sementara di tempat lain tingkat presisi (hasil survei sebelum pilkada) yang tidak tinggi," lanjutnya.

Ferry mempertanyakan penyebab perbedaan itu pada Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research dan Consulting (SMRC) Djayadi Hanan. Djayadi hadir dalam diskusi yang sama.

"Ini apa, apa mungkin metodologinya", ungkapnya.

Diketahui, dari empat lembaga survei hitung cepat Pilkada Jawa Barat dimenangkan oleh pasangan Emil-Uu. Kemudian disusul oleh Sudrajat-Syaikhu di posisi kedua, lalu Deddy-Dedi dan posisi buncit isi oleh pasangan TB Hasanuddin dan Anton Charliyan.

Hitung cepat Lembaga survei SMRC juga mengunggulkan paslon nomor satu Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum dengan total suara 32,26 persen, setelah 100 persen suara terkumpul pada pukul 17.50 WIB.

Posisinya disusul oleh paslon Sudrajat-Ahmad Syaiku dengan suara 29,58 persen, posisi ketiga ditempati oleh Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi dengan perolehan suara 25,38 persen persen, dan di posisi terakhir ada TB Hasanuddin-Anton Charliyan 12,77 persen.

Hasil hitung cepat itu berbeda jauh dengan hasil elektabilitas yang dilakukan lembaga survei. Yang paling mencolok adalah pasangan Sudrajat-Syaikhu yang di survei elektabilitas hanya mendapatkan sekitar 7 persen saja.***