MEDAN - Debat Calon Gubernur-Wakil Gubernur Sumut periode 2018-2023 yang digelar oleh KPU Sumut di Hotel Santika Dyandra Medan, Sabtu (5/5/2018) berjalan dengan sangat seru. Di arena debat ini, pasangan nomor urut 1 Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah (Eramas), maupun nomor urut 2 Djarot Saiful-Sihar Sitorus (Djoss) memaparkan visi misi dengan sangat baik.

Hal itu djuga diakui oleh pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sumut, Faisal Riza, saat diwawancarai beberapa saat setelah debat telah selesai.

“Secara keseluruhan masyarakat telah diberikan pemaparan yang prospektif dari kedua paslon tentang visi misi membangun sumut lima tahun ke depan. Acara ini penting untuk pelajaran politik, bagaimana masyarakat memahami pikiran para pemimpin mereka,” katanya.

Dalam sesi pertanyaan tentang reformasi birokrasi, kedua paslon dinilai Faisal Riza memiliki jawaban yang sangat berbeda.

“Paslon satu, dalam hal reformasi birokrasi, lebih fokus pada pembangunan moral dan penegakan hukum, dan juga maksimalisasi postur birokrasi agar efektif. Sementara paslon 2 mengajukan pembaruan sistem seperti elektrifikasi dan online biro agar lebih transparan. Pasangan ini memilih jalan memangkas postur agar birokrasi lebih ramping,” jelasnya.

Sementara dalam hal memberdayakan nilai kearifan lokal sebagai modal pembangunan, Eramas menguasai. Sebaliknya, Djoss dinilai tidak memahami.

“Paslon 1 lebih terlihat menguasai nilai lokal sumut sebagai modal pembangunan dan pengembangan birokrasi. Misalnya, dengan menguatkan nilai kearifan lokal Dalihan Natolu, memaksimalkan peran para Ketua Adat. Sementara inilah yang menjadi kelemahan paslon 2 karena tidak memahami secara dalam kearifan lokal Sumut,” ungkap Faisal Riza.

Begitu juga dengan isu pembentukan Provinsi Tapanuli (Protap), yang dipertanyakan Musa Rajekshah kepada Sihar Sitorus. Dalam kesempayan menjawabnya, Sihar terkesan tidak memiliki pendirian yang jelas.

“Sikap terhadap potensi konflik di era demokratisasi, tepatnya soal pemekaran. Paslon 2 tidak menegaskan posisi keberpihakan terhadap protap,” paparnya.

Oleh karena itu, dalam debat perdana ini, dapat disimpulkan bahwa Eramas menang telak atas Djoss.

“Overall, meski diawal paslon1 kurang fokus menyampaikan visi reformasi birokrasinya terutama di sesi satu, namun panggung debat perdana ini menjadi milik mereka terutama di sesi 2 sampai berakhirnya debat tersebut,” tutup Faisal.*