Medan - Akibat pembangunan proyek transportasi massal Bus Rapid Transit (BRT) dan Light Rapid Transit (LRT) yang segera akan direalisasikan, diperkirakan dampak sosialnya akan mengakibatkan sebanyak 15.000 supir kehilangan pekerjaan alias menganggur.

Sebagaimana disebutkan pada Konsultasi Publik Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha transportasi Kota Medan LRT dan BRT akan melintas dari seluruh jalur lalu lintas yang saat ini ada. Dari kawasan Amplas, Pinang Baris, Padang Bulan, Belawan hingga Jalan Letda Sudjono.

Menurut Ketua Keluarga Besar Supir/Pemilik Angkutan Kota (KESPER) Sumatera Utara, Israel Situmeang yang turut menghadiri konsultasi publik, akibat operasional LRT dan BRT kelak, sebanyak 105 titik yang dilalui berbagai merek angkutan kota akan kehilangan penumpang. Cepat atau lambat para supirnya akan kehilangan pekerjaan akan menganggur.

"Kalau keberadaan LRT dan BRT nantinya tidak mampu menjamin kelangsungan hidup para supir angkot yang berjumlah sekitar 15.000 orang, maka pembangunannya akan kami boikot," tegas Israel.

Kendati dalam perencanaannya angkot berpeluang menjadi feeder atau pengumpan, supir angkot masa depannya tetap terancam.

Menanggapi sikap KESPER, Kepala Dinas Perhubungan Kota Medan Renward Parapat menyatakan masih memungkinkan terjadi perubahan pola terhadap keberadaan angkot. Oleh sebab itu secara berkala akan ada percakapan dengan pihak KESPER membicarakannya.

"Tidak perlu para supir khawatir atau takut, mereka pasti tidak akan hilang karena adanya LRT dan BRT. Nanti masih akan terus dibicarakan," ujar Renward.