MEDAN - Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Tengku Erry Nuradi mengatakan angka kematian ibu melahirkan di Sumatera Utara (Sumut) mencapai 194 jiwa pada tahun 2017. Jumlah tersebut mengalami penurunan dari tahun 2016 yakni 240 jiwa.

“Begitu juga dengan angka kematian bayi di tahun 2017 ada 1.062 orang, turun dari 1.080 di tahun 2016,”  ungkapkan Gubsu TengkuErry Nuradi, pada acara pembukaan Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Fetomaternal ke-19 di Hotel Santika Dyandra Medan.

Hadir disitu, Rektor USU Prof Runtung Sitepu, Ketua Pengurus Besar Perhimpunan Obstetri Ginekologi Indonesia (POGI) diwakili dr Ari Kusuma, Ketua Himpunan Kedokteran Fetomaternal (HKFM) Prof dr Erry  Gumilar Dachlan SP.OG (K), Ketua Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Sumut Prof Delfi Lutan dan Ketua Panitia Makmur Sitepu.

Dalam kesempatan itu, Gubsu Erry juga mengatakan jumlah kematian ibu melahirkan tahun 2017 tersebut mengalami penurunan dari tahun 2016 yakni 240 jiwa. Begitu juga dengan angka kematian bayi ditahun 2017 ada 1.062 turun dari 1.080 di tahun 2016.

Walaupun angka kematian ibu melahirkan dan angka kematian bayi menunjukkan penurunan, namun bidang kesehatan memiliki indicator sustaninable development goals yakni mengurangi angka kematian ibu hingga di bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup dan menurunkan angka kematian neonatal menjadi 12 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2030.

“Untuk profil kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2016 menunjukkan bahwa rasio dokter spesialis, termasuk dokter spesialis kebidanan terhadap 100.000 penduduk sebesar 19.80, sedangkan rasio bidan terhadap 100.000 penduduk sebesar 139,53. Hal ini menunjukkan masih kurangnya jumlah dokter spesialis dan penyebarannya juga tidak merata di 33 kabupaten/kota,” tutur Erry.

Menurut Erry, salah satu upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi adalah memberikan perhatian yang serius  dalam  masalah komplikasi pada saat kehamilan, persalinan dan nifas.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Sumut, menyebutkan di Sumut sudah ada 156 Puskesmas yang mampu memberikan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned) yaitu dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan obstetri dan neonatal emergensi di tingkat pelayanan dasar, dan di tingkat pelayanan rujukan primer melalui rumah sakit mampu pelayanan obstetri neonatal emergensi komprehensif (Ponek).

Untuk itulah, kata Erry, Dinas Kesehatan Sumut telah melakukan berbagai upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir, diantaranya dengan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesungguhan dari tenaga kesehatan terkait, dengan harapan akan terjadi peningkatan kualitas layanan di tingkat pertama sampai rujukan tertinggi.

“Terkait dengan tema PIT ke-19 yaitu  Implementation of clinical risk management for fetal and maternal practices to improve quality of services, maka saya berharap agar POGI sebagai organisasi profesi bersama dengan Fakultas Kedokteran  USU dapat senantiasa memenuhi kebutuhan dokter spesialis kebidanan  terutama di daerah, baik dokter yang bertugas di rumah sakit umum  daerah,” harap Erry.

Harapan tersebut mendapat sambutan dari Rektor USU Prof Runtung Sitepu SH yang menjelaskan keberadaan USU kini sudah memiliki akreditasi A, dari akdreditasi program yang dulu hanya 15 yang A, kini meningkat menjadi 52 yang  A, termasuk  Fakultas Kedokteran serta 82 lainnya B.

“Selain itu, Fakultas Kedokteran USU yang didukung oleh Rumah Sakit  USU, meski sudah 8 bulan beroperasi mampu mendapat predikat ke 24 paripurna dan mengejar rumah sakit sejenis di provinsi lain. Dan saya yakin kelak USU terus melahirkan dokter-dokter yang handal di bidangnya, khususnya bidang kebidanan atau kandungan,”ujarnya.

Karena itu, Runtung berharap, kelak para alumni kedokteran USU mampu terus mengembangkan keahlian di bidangnya, khususnya kebidanan/kandungan, agar target pemerintah mengurangi angka kematian ibu melahirkan dan kematian bayi semakin berkurang.

Sementara itu, Ketua Panitia PIT ke 19, Makmur Sitepu dalam laporannya mengatakan bahwa kegiatan yang dimulai dari 19 - 21 Maret 2018 diikuti  sekitar 1.000 peserta  yang berasal seluruh Indonesia dengan menampilkan 75 pembicara, yang lima diantaranya berasal dari luar negeri yakni  Australia, India, Thailand dan dua lagi berasal dari Singapura.