JAKARTA - Wakil Ketua MPR Mahyudin mengaku tertarik dengan buku berjudul "Suka Cita Mengabdi Di Perbatasan".

Hal ia katakan saat memberi sambutan dalam acara Wakil Rakyat Bicara Buku, Ruang Presentasi Perpustakaan MPR, Jakarta, 6 Maret 2018.

"Buku ini menarik untuk dijadikan referensi dalam mengambil kebijakan pembangunan," ujar Mahyudin.

Lebih lanjut kata Mahyudin buku yang berjudul Suka Cita Mengabdi Di Perbatasan itu penting dibaca bagi semua orang.

Mahyudin juga memaparkan dengan membaca buku ini, kita akan tahu langsung kondisi perbatasan dari orang yang langsung mengalami.

"Dari orang yang langsung mengabdi di sana,” ujarnya.

Mengabdi di perbatasan diakui Mahyudin ada suka dan dukanya. Dirinya mengharap lebih banyak sukanya meski fasilitas di perbatasan diakui banyak kesulitan.

"Yang mau bertugas di perbatasan pasti menyukai pengabdian dan pekerjaan,” paparnya.

Bagi Mahyudin, orang yang mencintai pekerjaan pasti akan menikmati bila bertugas di perbatasan.  

Berbicara soal perbatasan, pria yang sudah sering melakukan kunjungan kerja di perbatasan itu mengakui memang fasilitas di daerah perbatasan sangat terbatas.

Wilayah perbatasan bagian Malaysia disebut lebih bagus sehingga masyarakat Indonesia yang tinggal di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, berbelanja kebutuhan sehari-hari ke Malaysia.

"Uang yang beredar di daerah perbatasan pun ringgit," ungkapnya.

Membangun daerah perbatasan diakui banyak kendala. Dicontohkan di Pulau Sebatik ada wilayah yang diperuntukan untuk kawasan hutan sehingga tak bisa membangun pabrik CPO. Akibatnya petani sawit menjual produknya ke Malaysia.

"Dari sinilah akhirnya Malaysia yang mendapat keuntungan,” ungkapnya.

Hal demikianlah yang menurut Mahyudin harus diselesaikan. Untuk itu dirinya menyarankan agar daerah perbatasan dibangun sebagai kawasan ekonomi khusus. Ini dilakukan untuk menjaga dan merawat NKRI. “Tak boleh sejengkal tanah pun hilang dari NKRI,” tegasnya.

Meski pembangunan perbatasan masih ada kendala namun dirinya bersyukur pemerintah saat ini tengah giat membangun perbatasan. Ia mencontohkan pembangunan perbatasan di Kalimantan Barat, Entingkong, Indonesia kalah bagus dengan Malaysia namun saat ini, setelah pembangunan dilakukan, Indonesia menjadi lebih bagus. “Sekarang kita lebih bagus,” ucapnya.  ***